Dia menjelaskan bahwa semua jenazah akan membusuk akibat bakteri dan penguraian sel-sel mati di dalam tubuh.
Kedua faktor tersebut bisa dipercepat prosesnya atau diperlambat, yang dipengaruhi oleh beberapa hal, salah satunya adalah tempat penyimpanan jenazah.
Jenazah di ruang terbuka akan membusuk dalam satu hari, ditandai perut kiri bawah yang berubah warna menjadi hijau.
Sementara jenazah yang berada di dalam tanah atau terkubur, proses pembusukannya delapan kali lebih lambat dari di ruang terbuka. Artinya, secara umum jenazah bisa bertahan lebih dari satu minggu.
Berbeda lagi pada jasad yang berada di dalam air, disebut bahwa pembusukannya akan dua kali lebih lambat daripada di ruang terbuka, atau bisa bertahan selama 2x24 jam.
"Suhunya juga mungkin lebih rendah dan di bawah suhu optimal. Juga faktor-faktor lain, faktor mineral yang terkandung di dalam air, itu bisa membantunya timbul saponifikasi (proses jenazah tidak busuk),".
Selain berada di dalam air, pada kasus Eril, jasad putra sulung Ridwan Kamil tersebut juga berada di dalam air bersuhu dingin.
Seperti yang disampaikan Ridwan Kamil, bahwa air di dasar Sungai Aare sedingin kulkas yang jika diperkirakan suhunya mencapai sekitar empat derajat celcius.
Ade menjelaskan, di suhu dingin tersebut, jasad manusia bisa bertahan selama satu bulan tanpa proses pembusukan.
Namun, suhu dingin bukan satu-satunya faktor. Menurut Ade, bersihnya Sungai Aare dari sampah kayu juga dikatakan berkontribusi dalam mencegah jasad Eril dari luka yang dapat mempercepat pembusukan.
Penulis | : | Khaerunisa |
Editor | : | Khaerunisa |
KOMENTAR