Intisari-Online.com -Sejarah tentang harem milik Kesultanan Ottoman memang kerap menimbulkan pro dan kontra.
Termasuk ketika ibu negara Turki, Emine Erdogan melontarkan pernyataan terkait sistem harem pada 2016 silam.
Saat itu, Emine Erdogan menyebut bahwa harem milik Kesultanan Ottoman bisa dianggap sebagai "sekolah".
Sebab, menurut Emine Erdogan, saat seorang wanita masuk ke dalam harem, maka dia sedang dipersiapkan untuk menghadapi kehidupan.
"Harem adalah sekolah bagi anggota dinasti Ottoman dan tempat mendidik para perempuan untuk menghadapi kehidupan," kata Emine Erdogan dalam sebuah acara kenegaraan di Ankara, seperti dilansirkompas.com, Kamis (10/3/2016).
Emine, tentu saja bersama dengan suaminya, Erdogan, memang kerap melontarkan pernyataan-pernyataan terkait Kesultanan Ottoman.
Sebuah kesultanan yang sebenarnya sudah runtuh hampir satu dekade yang lalu, bertepatan dengan perubahan menjadi Republik Turki pada 1923.
Khusus mengenai sistem harem, ulasan-ulasan dari Barat kerap kali mengaitkannya sebagai sebuah perilaku pelecehan seksual terhadap perempuan.
Sementara saat Kesultanan Ottoman masih berjaya, harem justru diklaim bukan semata-mata sebagai tempat para istri petinggi istana.
Di sana, terdapat aturan-aturan yang dibuat dan diterapkan dengan sangat rinci dan, tentu saja, sangat ketat.
Bahkan, seorang Sultan sekalipun wajib mematuhi aturan-aturan terkait denagn harem tersebut.
Kembali ke para perempuan, yang menjadi objek utama harem, mereka digambarkan menerima pendidikan dalam berbagai bidang.
Pendidikan ini akan semakin spesifik jika seseorang sudah memiliki bakat khusus tertentu seperti kaligrafi, seni dekoratif, musik, atau bahkan bahasa asing.
Klaim barat bahwa harem merupakan tempat pemuas hasrat seksual para petinggi istana pun sebenarnya terbantahkan oleh tidak adanya batasan usia di dalamnya.
Mereka yang telah berusia di atas 60-an tahun pun masih bisa tinggal bersama dengan para wanita lain, termasuk yang masih belia.
Lalu, benarkah klaim Kesultanan Ottoman danEmine Erdogan bahwa harem merupakan "sekolah" untuk mengahadapi kehidupan?
Faktanya, tidak sedikit perempuan yang dididik di harem berhasil menjelma jadi sosok-sosok berpengaruh.
Mereka, para "lulusan sekolah harem" ini berkecimpung di berbagai bidang.
Hanya saja, ada satu hal yang masih mengganjal yang membuat pernyataanEmine Erdogan sulit diterima ribuan perempuan yang mengecam pernyataan Emine Erdogan.
MenurutOzlem Kurumlar, seorang profesor di Universitas Istanbul, hal tersebut adalah terkait fakta adanya satu benda yang tidak pernah diperbolehkan masuk ke harem.
Benda apakah yang dimaksud? Ternyata benda yang dimaksud adalah buku.
"Di masa kekuasaan Sultan Murad III (di abad ke-16), buku adalah satu-satunya benda yang tak boleh masuk ke dalam harem," ujar Ozlem Kurumlar, seorang profesor di Universitas Istanbul.