Intisari-Online.com -Suleiman I atau umumnya dikenal sebagai Suleiman the Magnificent (Suleiman yang Agung) di Barat adalah sultan Turki Usmani ke-10 yang berkuasa antara 1520-1566.
Di dunia Islam, Suleiman I juga dijuluki sebagai Al-Qanuni, yang artinya pembuat undang-undang.
Ia menjadi raja terkemuka di Eropa pada abad ke-16 setelah berhasil memajukan ekonomi, militer, dan politik Kekaisaran Turki Usmani (Ottoman) serta melakukan penaklukan ke Eropa, Timur Tengah, dan Afrika Utara.
Masa pemerintahan Suleiman I
Setelah kematian ayahnya, Suleiman I kembali ke Konstantinopel untuk dinobatkan menjadi Sultan Turki Usmani ke-10 pada September 1520.
Ia lantas memulai pemerintahannya dengan melakukan kampanye melawan kekuatan Kristen di Eropa Tengah dan Mediterania.
Pada 1521 dan 1522, Sultan Suleiman I secara berturut-turut memimpin gerakan melawan Hongaria, khususnya Belgrade, dan Rhodes.
Kekuatan militer Hongaria pun dapat dipatahkan sepenuhnya pada 1526.
Setelah Eropa, pada 1530-an Suleiman I mengalihkan perhatiannya ke Dinasti Safawiyah di Persia, yang telah menjadi lawan secara turun-temurun.
Gerakan itu berhasil membuat sebagian besar Timur Tengah dan Afrika Utara jatuh ke tangannya.
Pada 1538, Kota Aden di Yaman direbut oleh Kekaisaran Turki Usmani untuk dijadikan basis serangan terhadap bangsa Portugis.
Hal ini dilakukan sebagai salah satu cara untuk membangun kembali hubungan perdagangan dengan Kekaisaran Mughal.
Selain itu, Suleiman I juga memimpin ekspansi ke wilayah Mediterania dan Afrika Utara.
Pada masa kejayaan Turki Usmani pula, ajaran Islam, kebudayaan, kesusastran, ilmu pengetahuan, perniagaan, dan kesejahteraan rakyat berkembang dengan sangat pesat.
Melanggar tradisi Kekaisaran Usmani
Terlepas dari pencapaiannya, Sultan Suleiman I ternyata rela melanggar tradisi keluarganya ketika menikahi Hurrem Sultan atau dikenal sebagai Roxelana.
Roxelana adalah putri pendeta yang masuk Islam dan juga seorang harem, yang kemudian menjadi selir dan akhirnya menjadi istri resmi sultan.
Keputusan sultan untuk menjadikan Roxelana sebagai istri resminya membuat istana dan seluruh kota tercengang.
Belum lagi ketika Roxelana diperbolehkan tinggal dengan sultan di istana selama sisa hidupnya.
Padahal, seorang harem seharusnya diasingkan ke kota lain bersama anaknya dan tidak diperbolehkan kembali ke istana kecuali keturunan mereka menjadi penerus takhta.
(*)