Intisari-Online.com -Kasim di era Ottomantidak dianggap sebagai laki-laki penuh karena mereka telah dikebiri.
Karena itu, mereka dipercaya tidak tergoda oleh wanita harem sehingga tidak mengancam kesucian dan akan membuat para selir tetap setia kepada Sultan.
Latar belakang kasim biasanya adalah budakatau tawanan perang yangdikebiri sebelum pubertas dan dihukum hidup sebagai budak.
Semua kasim dikebiri saat akan dijual di pasar budak olehpara penculik Kristen atau Yahudi karena Islam melarang praktik pengebirian, tetapi boleh mempunyai budak yang dikebiri.
Demikian pula, budak perempuan di harem sebagian besar terdiri dari gadis-gadis Kristen kulit putih karena perempuan Muslim dilarang menjadi selir.
Ada hierarki kasim di dalam harem, sama seperti hierarki selir: yang pertama adalah kasim hitam, atau sandali, sedangkan tingkatan kedua dan ketiga cenderung terdiri dari budak dan kasim kulit putih.
Perbedaan ini secara langsung terkait dengan tingkat mutilasi alat kelamin laki-laki.
Kelas pertama dari kasim kulit hitam akan dicabut penis dan buah zakarnya, sedangkan budak kulit putih akan dibiarkan dengan buah zakar mereka dan sebagian dari penis mereka akan dicabut.
Para kasim hitam ditugaskan di dalam harem dan harusmelindungi para wanita di dalamnya.
Mereka bertugas di bawah pimpinanKizlar Agha, atau “kepala kasim kulit hitam.”
Sebaliknya, para kasim kulit putih akan dijauhkan dari para wanita dan ditempatkan pada peran-peran dalam pemerintahan.
Ada paradoks yang menarik: kasim Afrika berkulit hitam ini merupakan budak yang sering menjadi objek hinaan dan ejekan, tetapi beberapa dari mereka juga sangat kuat.
Kepala Kasim Hitam merupakan satu-satunya jabatanyang diizinkan setiap saat untuk meminta audiensi dengan sultan.
Mereka memiliki wewenang untuk memberikan bantuan yang melaluinya mereka dapat menambah kekayaan mereka.
Meski begitu, kekayaan tersebut akan dikembalikan ke sultan setelah kematian mereka, karena tidak memiliki ahli waris.
Kepala Kasim Hitam juga sering membantu perihal penunjukkan orang berpengaruh danmenjabat sebagai pengawas tempat-tempat suci di bawah kekuasaan Ottoman.
Mereka bisa membangunmasjid di Istanbul dan di tempat lain, mengelola properti dan perkebunan ibu dan anak sultan.
Ketika Utsmani melakukan reformasi abad-19 dan ketikaperbudakan dihapuskan secara internasional, kasim kulit hitam dilihat sebagaipeninggalan yang ketinggalan zaman, bahkan memalukan dari tatanan lama yang rusak.
Pada saat Republik Turki didirikan dan istana Ottoman dihapuskan pada tahun 1923, kasim istana yang dulu perkasa tidak lagi memiliki peran apa pun.
(*)