Advertorial
Intisari-Online.com - Kaisar Wanli dikenal sebagai kaisar dengan pemerintah terpanjang, di mana awal hingga pertengahan masa pemerintahannya menunjukkan keberhasilan.
Tetapi, kaisar ke-13 dari Dinasti Ming ini juga dikenal sebagai kaisar yang meninggalkan pemerintahan karena konflik dengan para pejabat.
Ia menolak untuk menghadiri pertemuan pagi maupun menemui menterinya dalam 20 tahun terakhir masa pemerintahannya.
Dia juga menolak untuk membuat penunjukan personel yang diperlukan, dan akibatnya seluruh eselon atas pemerintahan Ming menjadi kekurangan staf.
Banyak ahli sejarah Tiongkok percaya bahwa pemerintahan Kaisar Wanli merupakan faktor penting yang berkontribusi terhadap kemunduran dinasti Ming dengan penarikan dirinya dari pemerintahan tersebut.
Alasan utama yang memicu konflik Kaisar Wanli dengan para pejabat adalah karena keinginannya untuk menjadikan Zhu Changxun ditolak.
Zhu Changxun merupaka putra Kaisar Wanli dengan selir favoritnya, Selir Mulia Zheng.
Ia hanya putra ketiga kaisar dan tidak disukai untuk suksesi. Jika kaisar tetap menjadikannya pewaris, ini dapat dianggap melanggar tradisi kekaisaran saat itu.
Di beberapa dekade pemerintahannya, alih-alih memperhatikan pemerintahan, kaisar Wanli pun justru sangat memperhatikan pembangunan makamnya sendiri.
Itu adalah sebuah struktur megah yang memiliki ruang bawah tanah, dan bangunan ini membutuhkan waktu puluhan tahun untuk diselesaikan.
Melansir china.org.cn, makam Kaisar Wanli dan tempat bawah tanahnya terletak di kaki Gunung Dayu di barat daya makam Changling.
Kaisar Wanli dimakamkan di tempat itu pada tahun 1620 bersama dua istrinya, Xiao Duan dan Xiao Jing.
Makam yang dikenal sebagai Dingling ini menempati area seluas 1.195 meter persegi dan terletak tepat di belakang menara prasasti.
Terowongan sepanjang 40 meter mengarah ke pintu besar pertama, yaitu 7,3 meter di bawah tanah.
Istana bawah tanah terdiri dari lima kamar dengan lengkungan marmer raksasa serta lantai beraspal dengan batu besar yang dipoles, yang dikenal sebagai "batu bata emas".
Lima puluh ribu batu bata diproduksi di Suzhou selama tiga tahun dan diangkut sekitar 1.400 kilometer ke utara.
Menurun ke tingkat ruang pemakaman, yang pertama adalah aula depan tanpa perabotan. Aula ini menghubungkan tot eh aula tengah, di mana tiga singgasana kekaisaran marmer, satu untuk kaisar dan dua untuk permaisurinya, berada.
Di situ juga ada "lampu abadi" (lampu minyak dengan sumbu mengambang) dan satu set "lima persembahan" -sebuah pembakar dupa, dua tempat lilin dan dua vas, semuanya dari tembikar berlapis kuning.
Berdekatan dengan aula tengah adalah dua kamar samping, masing-masing berisi platform peti mati marmer panjang 17,4 meter dan lebar 3,7 meter.
Dikenal sebagai "sumur emas," masing-masing platform tersebut di atasnya terdapat "batu bata emas" dan memiliki area kecil di tengahnya yang diisi dengan tanah kuning. Namun, tidak ada peti mati yang ditemukan di kamar-kamar tersebut.
Sementara itu, aula belakang adalah aula terbesar (tinggi 9,5 meter, panjang 30,1 meter dan lebar 9,1 meter) dan paling penting di istana bawah tanah.
Di tengah aula terdapat tiga platform yang digunakan untuk menopang peti mati Kaisar Wanli dan permaisurinya.
Dua puluh enam peti pernis merah, berisi mahkota, kendi dan bejana anggur dari emas, kendi, cangkir, mangkuk dan anting-anting dari batu giok, dan vas dan mangkuk porselen ditempatkan di sekitar peti mati.
Selain itu, benda-benda suci dari batu giok dan vas porselen biru-putih ditempatkan di samping peti.
Di antara lebih dari 3.000 benda yang digali dari istana bawah tanah adalah mahkota yang sangat halus yang terbuat dari kerawang emas yang dihiasi dengan dua naga mini yang bermain dengan buah pir.
Begitu megahnya bangunan makam itu, konon tenaga kerja yang dibutuhkan mencapai lebih dari 30.000 pekerja.
Pembangunan itu juga menghabiskan banyak biaya, yaitu sebesar 8 juta tael perak (sama dengan pendapatan pajak tanah nasional dari dua tahun pertama pemerintahan Wanli) dihabiskan untuk proyek tersebut.
Kaisar Wanli sendiri akhirnya menyerah atas keinginannya, dan alih-alih putra selir favoritnya, ia mengangkat Zhu Changluo –calon Kaisar Taichang– sebagai putra mahkota pada Oktober 1601.
Namun, Kaisar Wanli mengadopsi kebijakan perlawanan pasif.
Ia menolak memainkan perannya dalam pemerintahan, yang mengarah ke masalah serius baik di dalam China sendiri maupun di perbatasan.
Selain itu, kaisar terus menyatakan keberatannya atas pilihan Zhu Changluo sebagai pewaris, bahkan menunda pemakaman Putri Mahkota Guo, dua tahun, sebelum mengizinkannya dikuburkan dengan layak untuk istri putra mahkota.
Baca Juga: Firasat Kedutan Mata Kiri Atas; Ini Firasat Bila Bagian Tubuh Atas yang Alami Kedutan
(*)