Intisari-Online.com - Kaisar Wanli, kaisar ke-13 dari Dinasti Ming terkenal akan keberhasilannya di awal hingga pertengahan masa pemerintahannya.
Delapan belas tahun awal pemerintahannya didominasi oleh 3 perang (Mongol, invasi Jepang, Pemberontakan Yang Yinglong),
Namun, dengan sukses sejumlah pemberontakan itu berhasil ditangani, menjadi bukti kemampuan Kaisar Wanli dalam memerintah.
Selama sepuluh tahun pertama era Wanli, ekonomi dan kekuatan militer Dinasti Ming berkembang pesat dengan cara yang tidak terlihat sejak Kaisar Yongle dan Pemerintahan Ren dan Xuan dari tahun 1402 hingga 1435.
Selama sepuluh tahun pertama pemerintahannya, kaisar yang naik takhta di usia sangat muda yaitu 10 tahun itu dibantu oleh Sekretaris Agung Senior, Zhang Juzheng, yang memerintah negara sebagai wali Yijun.
Selama periode tersebut, Kaisar Wanli sangat menghormati Zhang sebagai mentor dan menteri yang berharga. Kompetisi panahan, berkuda, dan kaligrafi adalah beberapa hiburan Wanli.
Kemudian, setelah kematian Zhang Juzheng, Kaisar Wanli memutuskan untuk mengambil kendali pribadi sepenuhnya atas pemerintah.
Ia masih menunjukkan dirinya sebagai kaisar yang kompeten dan rajin hingga terjadi konflik dengan para pejabat pemerintahannya.
Konflik yang dimiliki Kaisar Wanli dan para pejabatnya pun menandai dimulainya kemunduran Dinasti Ming.
Hal itu terjadi tak lepas dari kasih sayang Kaisar Wanli terhadap seorang selir favoritnya, Selir Mulia Zheng.
Kaisar Wanli sangat ingin mempromosikan putranya dengan Selir Zheng, Zhu Changxun, sebagai putra mahkota, sepanjang tahun 1580-an dan 1590-an.
Padahal, ia hanya putra ketiga kaisar dan tidak disukai untuk suksesi. Jika dilakukan, ini dapat dianggap melanggar tradisi kekaisaran saat itu.
Tidak disetujui para pejabat, Kaisar Wanli pun menolak untuk menghadiri pertemuan pagi maupun menemui menterinya.
Dia juga menolak untuk membuat penunjukan personel yang diperlukan, dan akibatnya seluruh eselon atas pemerintahan Ming menjadi kekurangan staf.
Alih-alih memperhatikan pemerintahan, Kaisar Wanli sangat memperhatikan pembangunan makamnya sendiri, sebuah struktur megah yang membutuhkan waktu puluhan tahun untuk diselesaikan.
Selama tahun-tahun terakhir pemerintahan Kaisar Wanli, ia menjadi benar-benar terasing dari peran kekaisarannya dan, pada dasarnya, melakukan pemogokan.
Baca Juga: Bisa Cek Kecocokan Pasangan, Beginilah Cara Hitungan Weton Jawa untuk Pernikahan
Setelah melakukan pemogokan, pada Oktober 1601 Kaisar Wanli akhirnya menyerah dan mengangkat Zhu Changluo –calon Kaisar Taichang– sebagai putra mahkota.
Namun, Kaisar Wanli mengadopsi kebijakan perlawanan pasif, menolak memainkan perannya dalam pemerintahan, yang mengarah ke masalah serius baik di dalam China sendiri maupun di perbatasan.
Selain itu, kaisar terus menyatakan keberatannya atas pilihan Zhu Changluo sebagai pewaris, bahkan menunda pemakaman Putri Mahkota Guo, dua tahun, sebelum mengizinkannya dikuburkan dengan layak untuk istri putra mahkota.
Selir Mulia Zheng, sosok wanita yang begitu dicintai Kaisar Wanli, memulai kehidupannya di istana kekaisaran dengan mengikuti seleksi untuk harem kaisar pada tahun 1582,
Segera setelah tiba di harem kekaisaran, Zheng diangkat ke status Selir Kekaisaran dengan nama kehormatan Shu.
Sementara itu, ayahnya diangkat menjadi anggota Jinyiwei, dengan otoritas atas 1.000 rumah tangga.
Pada tahun 1582, Zheng diberi pangkat Selir Berbudi Luhur (Hanzi: ) dan ayahnya dianugerahi sebuah perintah.
Selir Zheng diperlakukan begitu istimewa. Pada Januari 1584, Kaisar Wanli memerintahkan Kementerian Ritus untuk menganugerahkan pangkat Permaisuri Mulia kepada Zheng, untuk merayakan kelahiran Putri Yunhe.
Kaisar Wanli juga memberikan seneschal 100.000 tael perak (sekitar 375.000 gram) untuk mengatur perayaan.
Pada tahun 1585, Zheng melahirkan putra kedua kaisar. Tetapi, anak itu meninggal segera setelah lahir dan kemudian diberi gelar anumerta Pangeran Ai dari Bin.
Pada awal 1586, dia melahirkan seorang putra lagi, yang kemudian diberi nama Zhu Changxun. Inilah putra sang kaisar dan selir favoritnya yang ingin dijadikan penerus takhta.
Pada tahun 1589, putri Zheng yang berusia satu tahun, Zhu Xuanyao, meninggal. Dia secara anumerta diberi gelar Putri Lingqiu.
Zheng sendiri meninggal pada tahun 1630. Dia dimakamkan di Gunung Yinquan di dalam Makam Ming, tetapi di daerah untuk permaisuri kekaisaran.
Memulai dengan kesuksesan, namun pemerintahan Kaisar Wanli kemudian diikuti oleh penurunan dinasti ketika Sang Kaisar menarik diri dari peran aktifnya dalam pemerintahan.
Kaisar Wanli memerintah selama 48 tahun, sejak tahun 1572 hingga 1620, menjadi kaisar dengan masa pemerintahan terpanjang dari Dinasti Ming China. Ia meninggal pada tahun 1620 dan dimakamkan di Mausoleum Dingling di antara makam Ming di pinggiran Beijing.
Banyak ahli sejarah Tiongkok percaya bahwa pemerintahan Kaisar Wanli merupakan faktor penting yang berkontribusi terhadap kemunduran dinasti Ming dengan penarikan dirinya dari pemerintahan.
(*)