Ironisnya, cara penduduk Pompeii meninggal mungkin sebenarnya membuat DNA mereka lebih bisa diselamatkan.
Mereka mengatakan bahwa piroklastik yang dihasilkan selama ledakan vulkanik mungkin yang sebenarnya ‘melindungi’ tulang dari ‘faktor lingkungan yang menurunkan DNA’.
“Salah satu pendorong utama degradasi DNA adalah oksigen (yang lainnya adalah air),” tulis Gabriele Scorrano, asisten profesor di Universitas Kopenhagen dan penulis utama studi tersebut, kepada CNN.
“Suhu bekerja lebih sebagai katalis, mempercepat proses. Oleh karena itu, jika oksigen rendah, ada batas seberapa banyak degradasi DNA dapat terjadi.”
Penelitian mengungkapkan betapa kayanya kehidupan oang Pompeii, kisah-kisah dari tahun 79 M menunjukkan betapa tragis dan mendadaknya kematian meeka.
Penulis sejarah dan administrator Romawi Surat-surat mengerikan Pliny the Younger tentang letusan gunung berapi yang tiba-tiba masih membuat pembaca modern memiliki gambaran tentang kengerian peristiwa tersebut.
Pamannya, laksamana terkenal Pliny the Elder, binasa setelahnya.
“Beberapa orang sangat takut akan kematian sehingga mereka benar-benar berdoa untuk kematian mereka,” tulis Pliny the Younger.
“Banyak yang memohon bantuan para dewa, tetapi lebih banyak lagi yang membayangkan bahwa tidak ada dewa yang tersisa dan bahwa malam abadi terakhir telah turun di dunia.”
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR