Intisari-Online.com -Vladimir Putin telah 'menghajar' penduduk Ukraina dengan pasukan darat serta artileri selama berbulan-bulan.
Baik di Rusia atau Ukraina juga berjatuhan ribuan nyawa, namun akhir konflik belum terlihat tanda-tandanya juga.
Meskipun Ukraina banjir dukungan negara Barat, negara pimpinan Volodymyr Zelensky itu tetap berada dalam kesulitan.
Pejabat Ukraina baru-baru ini merilis perkiraan kerugian perang yang menghantam negaranya.
Para peneliti yang bekerja dengan Sekolah Ekonomi Kyiv (KSE) menganalisis biaya tempa langsung dan tidak langsung.
Mereka mengklasifikasikan kerusakan langsung sebagai properti dan infrastruktur yang hancur, yang mereka perkirakan mencapai $105 miliar secara keseluruhan.
Lebih dari sepertiga - $ 40 miliar - berasal dari perumahan yang dihancurkan oleh penjajah Rusia.
Sebagian besar kerusakan terkonsentrasi di wilayah Donbas yang dikuasai separatis yang dilanda perang.
Kerusakan tidak langsung termasuk penurunan investasi, PDB yang hilang, biaya pertahanan dan tenaga kerja yang hilang.
KSE memperkirakan kerugian akibat kerusakan tidak langsung di wilayah tersebut sebesar hingga $495 miliar.
Secara keseluruhan, kerusakan yang terjadi di Ukraina telah merugikan ekonomi negara itu sekitar $564 hingga $600 miliar atau sekitar Rp8.723 triliun.
Kerugian yang signifikan telah mengubah ekonomi Ukraina menjadi garis depan vital lainnya dalam perangnya dengan Rusia.
Pejabat pemerintah memperkirakan mereka membutuhkan suntikan dana yang signifikan untuk tetap dapat melawan Rusia.
Mereka menyarankan tambahan $ 5 miliar per bulan akan mencakup layanan penting seperti gaji tentara.
Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba mengatakan: “Saya tidak berpikir bahwa pembayar pajak Amerika, Jerman atau lainnya di dunia harus membayar untuk apa yang dilakukan Rusia.
"Ada cara alternatif untuk memulihkan Ukraina, adalah membuat Rusia membayarnya."
Lembaga keuangan internasional telah mendesak bahwa perlu ada rencana global untuk membantu Ukraina pulih, kemungkinan yang akan melibatkan miliaran pound uang hibah dari negara-negara sekutu.
Tapi Kuleba berkata: “Mengapa semua orang mencoba untuk berbelas kasih kepada Rusia? Mengapa beberapa negara atau pemimpin aserta politisi khawatir bahwa kita tidak boleh terlalu jauh menekan Rusia?
“Putin mengkhianati bahkan mereka yang mencoba membantunya dengan meluncurkan agresi skala besar terhadap negara berdaulat, agresi yang akan masuk ke buku teks sejarah. Buat Rusia membayarnya.”
Tetapi bahkan dengan bantuan apa pun, Bank Dunia telah memproyeksikan kontraksi ekonomi yang berbahaya dalam beberapa bulan ke depan.
Organisasi itu memperkirakan ekonomi Ukraina bisa menyusut hingga 45 persen sebelum 2022 berakhir.
Ekonomi Rusia, sebagai perbandingan, bernasib jauh lebih baik meskipun ada sanksi besar-besaran.
(*)