Profesor Harsh V. Pant, seorang pakar hubungan internasional di King's College London, mengatakan AS telah menyadari bahwa mereka harus melihat India sebagai "mitra baru untuk dipertimbangkan".
Bagian dari rencana AS untuk berurusan dengan China adalah untuk membawa India bersama-sama dengan Jepang dan Australia dalam Quad untuk mengkoordinasikan tindakan.
Sementara itu, India juga memiliki keprihatinan tersendiri terhadap China, terutama karena sengketa perbatasan dan ambisinya di bawah Samudera Hindia.
Sementara itu, India bergantung pada Rusia untuk persenjataan.
Keduanya memiliki hubungan strategis dengan Rusia yang tidak ingin mereka hilangkan.
Pada bulan Februari, Presiden China Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan bahwa hubungan antara kedua negara "tanpa batas", sementara perkiraan menunjukkan bahwa India membeli sekitar 50% senjata dan peralatan militer dari Rusia.
Namun, kesamaan ini hanya dangkal. Para ahli mengatakan ada perbedaan besar.
China mengkritik sanksi Barat dan menuduh AS dan NATO menyebabkan konflik. India, di sisi lain, menghindari mengkritik NATO dan meremehkan perbedaannya dengan AS.
Perdana Menteri Modi melakukan percakapan telepon dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, sementara pemimpin China belum melakukannya.
India juga lebih vokal tentang tuduhan kejahatan perang.
AS mungkin menyadari bahwa hubungan India dengan Rusia secara historis berjalan ke arah yang sangat berbeda dari Barat, menurut para analis.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menekankan bahwa hubungan India dengan Rusia "telah berkembang selama beberapa dekade, pada saat AS belum menjadi mitra India".
Source | : | 24h.com.vn |
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR