Intisari-online.com - Militer Turki memobilisasi pasukan udara dan darat dalam operasi itu, termasuk pasukan komando, jet tempur, helikopter dan pesawat tak berawak, kata Menteri Pertahanan Hulusi Akar.
Ankara mengklaim telah menghancurkan banyak bunker, terowongan dan gudang amunisi, serta pusat komando bagi para pejuang yang setia kepada Partai Pekerja Kurdistan (PKK) di wilayah perbatasan utara Irak, termasuk Metina, Zap, dan Avashin-Basyan.
Segera setelah itu, infanteri Turki memasuki wilayah Irak.
Tidak jelas berapa banyak pasukan yang dikerahkan Turki untuk operasi militer, serta peralatan terkait.
"Kampanye kami masih berjalan dengan sukses. Tujuan yang ditetapkan pada langkah pertama telah tercapai," kata Akar, menurut AP.
Militer Turki hanya menargetkan target yang dianggap "teroris", dan sangat terkendali untuk menghindari korban sipil dan monumen sejarah dan budaya di Irak.
"Operasi akan terus kami lakukan hingga teroris terakhir tersingkir," tambah Akar.
"Kami bertekad untuk menyelamatkan negara kami dari teroris yang telah mengganggu kami selama 40 tahun terakhir."
PKK adalah organisasi politik milisi Kurdi dan juga gerakan gerilya bersenjata.
Suku Kurdi saat ini tinggal terutama di Turki, Suriah dan Irak.
Kurdi di Irak ingin membangun negara merdeka mereka sendiri, sementara Kurdi di Suriah dan Turki ingin pergi ke arah lain.
Wilayah Kurdistan di Irak utara adalah wilayah otonom yang dikelola oleh suku Kurdi, dengan ibu kotanya di Erbil.
AS saat ini memiliki konsulat di Erbil, serta pangkalan militer di daerah tersebut.
Di masa lalu, Turki melancarkan kampanye militer melawan suku Kurdi di Irak, tetapi tidak sepenuhnya melenyapkan mereka.
Kurdi memiliki hubungan dekat dengan AS dan Barat, dan merupakan sekutu dalam perang melawan ISIS.
Pada Oktober 2019, Presiden AS Donald Trump mengumumkan penarikan pasukan AS dari Suriah, membuka jalan bagi Turki untuk menyerang pasukan Kurdi.
Trump kemudian berkat, "Kurdi tidak membantu kami dalam Perang Dunia 2, misalnya mereka tidak membantu kami di Normandia. Mereka menyebutkan nama-nama pertempuran yang berbeda tetapi mereka ada di sana untuk membantu kami karena tanah mereka sendiri dan itu hal yang sama sekali berbeda."
Di bawah Presiden AS Joe Biden, pasukan AS masih ada di daerah-daerah yang dikuasai Kurdi di Suriah dan Irak.
Pada Oktober 2021, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengumumkan bahwa Amerika Serikat perlu menarik pasukan dari Suriah dan Irak.
Abdullah Agar, mantan perwira operasi khusus Angkatan Bersenjata Turki, mengatakan dukungan AS untuk Kurdi adalah salah satu alasan sulitnya hubungan antara kedua negara.
"Kebijakan dan strategi AS akhir-akhir ini, terutama mengenai isu pasukan Kurdi atau Partai Pekerja Kurdistan (PKK) berdampak sangat negatif terhadap hubungan kedua negara," kata Abdullah Agar.