Dulu Bikin Susah Turki karena Beli Rudal S-400 dari Rusia, AS Kini 'Mengemis' Minta Turki Serahkan Rudal Canggih itu ke Ukraina

Tatik Ariyani

Editor

Intisari-Online.com -Pada 24 Februari, Rusia memulai operasi militer untuk "mendenazifikasi" Ukraina, menanggapi seruan bantuan dari republik Donetsk dan Luhansk yang memisahkan diri.

Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan operasi itu hanya menargetkan infrastruktur militer Ukraina dan penduduk sipil tidak dalam bahaya.

Karena hingga kini Perang Rusia-Ukraina tak kunjung usai, Barat pun berupaya menyediakan senjata untuk Ukraina.

Salah satunya meminta Turki untuk menyerahkan senjata canggihnya ini pada Ukraina.

Setelah bertahun-tahun menekan Turki untuk meninggalkan kesepakatan senjata dengan Rusia, Amerika Serikat (AS) dilaporkan telah meminta Turki untuk menyerahkan senjata canggih S-400 ke Ukraina.

Perlu diketahui bahwa Turki merupakan anggota NATO.

Menanggapi hal itu, Menteri Luar Negeri Mevlut Cavusoglu mengatakan pada hari Sabtu mengatakan bahwa Turki tidak berencana untuk menyerahkan persenjataan sistem pertahanan udara S-400 buatan Rusia ke Ukraina.

“Masalah ini tidak ada dalam agenda,” kata diplomat itu di Forum Doha Qatar.

Baca Juga: Gelagapan Lihat Ukraina Mulai Dihantam Rudal-rudal Hipersonik Rusia, AS Setengah Mati Bujuk Turki Kirim S-400, Imbalannya Bikin 'Ngeces'

Baca Juga: Pantas Saja Rusia Dirumorkan Akan Segera Menghentikan Serangannya ke Ukraina, Ternyata Mereka Sudah Berhasil Mencapai Tujuan Ini

Sebelumnya, Fahrettin Altun, kepala komunikasi di kantor kepresidenan, mengatakan saran bahwa Ankara dapat mentransfer sistem pertahanan udara S-400 buatan Rusia ke Ukraina tidak realistis.

Reuters telah melaporkan, mengutip sumber, bahwa AS telah menyarankan ke Turki untuk mengirim sistem pertahanan rudal S-400 ke Ukraina.

Langkah tersebut merupakan bagian dari upaya Washington untuk menemukan sistem rudal anti-pesawat buatan Rusia atau Soviet untuk dikirim ke Kyiv.

“Meskipun hari ini cukup tidak realistis, ide ini memberikan kesempatan untuk membahas masalah yang Turki alami akhir-akhir ini dengan Barat,” kata Altun dalam opini untuk Wall Street Journal.

Dia menambahkan bahwa sebelum membeli S-400 dari Rusia, Turki mendekati AS terlebih dahulu.

“Mengingat bahwa Turki berada di salah satu wilayah paling berbahaya dan tidak stabil di dunia, dan ancaman yang dihadapi Turki tidak hilang secara ajaib dengan penolakan Washington, Ankara harus mencari alternatif,” kata Altun.

Pada 2019, AS menangguhkan partisipasi Turki dalam program F-35 karena pembelian sistem pertahanan udara S-400 Rusia oleh Ankara. AS kemudian menghapus Turki sepenuhnya dari proyek tersebut.

Meskipun ada reaksi keras dari AS dan NATO atas pembelian tersebut, Turki bersikeras bahwa mereka akan terus menggunakan S-400.

Baca Juga: Bagaimanakah Cara Dakwah Sunan Kalijaga? Ternyata Seperti Ini

Baca Juga: Bagaimana Cara Mempertahankan Pancasila sebagai Dasar Negara? Simak Berikut Ini

Berbeda dengan Turki, India tidak terkena dampak sedikitpun ketika negara itu menjalin kerjasama pertahanan dengan Rusia.

Kerja sama industri pertahanan Rusia-India hampir tidak terpengaruh oleh situasi saat ini di sekitar Ukraina, Duta Besar Rusia untuk India Denis Alipov mengatakan sebelumnya.

“Program kerja sama industri pertahanan yang diperbarui dirancang untuk 10 tahun, hingga 2031. Ada banyak bidang dan proyek bersama,” katanya dalam wawancara dengan penyiar Rossiya 24.

“Saya rasa tidak, saya bahkan bisa mengatakan bahwa saya yakin situasi saat ini tidak akan mempengaruhi atau minimal mempengaruhi kerja sama industri pertahanan kita karena banyak perusahaan Rusia yang beroperasi di kompleks industri militer di bidang kerja sama dengan India sudah lama berada di bawah sanksi sepihak oleh Amerika Serikat lebih awal dari yang lain. Dan perluasan pembatasan yang disebabkan oleh situasi di Ukraina tidak mengubah apa pun secara mendasar,” tambahnya.

Artikel Terkait