Intisari - Online.com - Rencana produksi senjata asli India kini terus maju karena kekhawatiran perang Rusia-Ukraina menyebabkan Rusia tak bisa menyediakan alutsista untuk Rusia lagi.
India bergerak untuk meningkatkan industri senjata dalam negerinya, dalam sebuah langkah yang bertujuan untuk mengurangi ketergantungannya pada impor senjata Rusia dan pada saat yang sama memperkuat hubungannya dengan negara-negara yang berpikiran sama.
Langkah itu dilakukan ketika kekhawatiran di New Delhi meningkat atas potensi penundaan Rusia dan pembatalan pengiriman senjata karena perang di Ukraina.
India adalah kekuatan militer utama dengan tentara terbesar kedua di dunia, angkatan udara terbesar keempat, dan angkatan laut terbesar ketujuh.
Namun, negara ini juga merupakan salah satu importir senjata terbesar di dunia , menyumbang 11% dari pesanan senjata global sementara mengimpor 70% dari peralatannya.
Enam puluh persen pembelian senjata India berasal dari Rusia, warisan dari ikatan era Perang Dingin mereka.
Sekarang, kerugian material besar Rusia di Ukraina meningkatkan kemungkinan bahwa beberapa pesanan senjata mungkin dialihkan untuk menggantikan kerugian peralatan, yang dapat mengakibatkan penundaan pengiriman yang lama.
Pada saat yang sama, sanksi terhadap industri pertahanan Rusia telah menimbulkan kekhawatiran tentang kelangsungan hidup Rusia sebagai pemasok peralatan militer utama India di masa depan.
India juga mengimpor sejumlah besar bahan militer dari Prancis, Israel, dan AS, yang semuanya menimbulkan kekhawatiran tentang kemungkinan ikatan politik yang terkait dengan pembeliannya.
Menteri Pertahanan India Rajnath Singh mengatakan pada 7 April bahwa India bertujuan untuk menjadi pusat manufaktur pertahanan utama.
Dia juga meluncurkan Daftar Pribumi Positif Ketiga India yang menyebutkan 101 item militer yang ingin diproduksi India di dalam negeri dari 2022-2027.
Menurut Menteri Singh, daftar tersebut menunjukkan langkah cepat India dalam mencapai swasembada di sektor pertahanannya.
KOMENTAR