Menurut sebuah versi, seperti melansir dari War History Online, mereka terlibat dalam penarikan tentara yang terluka, sementara menurut versi lain, mereka ikut serta dalam pengintaian.
Setelah terkena tembakan mortir, Maria menerima luka pecahan di kaki dan ditangkap dalam keadaan tidak sadarkan diri oleh tentara Jepang.
Jepang kemudian menyiksanya dengan kejam untuk mendapatkan informasi tentang taktik marinir Soviet.
Namun, setelah pasukan Soviet merebut bukit tempat markas besar Jepang berada, mereka menemukan tubuh Maria yang dimutilasi.
Orang Jepang rupanya memotong tangan korban sebelum mencongkel mata dan memotong kepala korban.
Untuk menguburkan Maria, jenazahnya dibungkus dengan kain, lalu dimakamkan di kuburan umum di Seisin, di bukit Komalsam.
Pada tanggal 14 September 1945, ‘atas pemenuhan tugas komando yang patut dicontoh di garis depan perjuangannya melawan imperialis Jepang, dan perlihatkan keberanian dan kepahlawanannya’, Maria Tsukanova secara anumerta dianugerahi gelar ‘Pahlawan Uni Soviet’.
Monume Maria Tsukanova didirikan pada tahun 2010, dan beberapa desa serta jalan-jalan dinamai untuk menghormatinya.
Seorang penduduk Vladivostok, Galina Shaykova, menulis tentang Maria dalam sebuah buku berjudul ‘Saya sangat ingin hidup’.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR