Advertorial

Bak RA Kartini Perjuangkan Emansipasi, Inilah Ratu Dina, Istri Pertama Raja Hussein dari Yordania, Menyerah Karena Harus ‘Berhadapan’ dengan Tangan Besi Sang Ibu Mertua, Kisahnya Jadi Film Hollywood

K. Tatik Wardayati

Editor

Intisari-Online.com – Kecocokan dan kebahagiaan jangka panjang menjadi suatu tantangan dalam sebuah perkawinan.

Tetapi ketika mencampuradukkan batasan kehidupan kerajaan, ibu mertua yang memiliki kemauan keras, dan situasi politik yang rumit, maka tantangan ini terkadang menjadi jalan menuju kegagalan dalam sebuah pernikahan.

Banyak yang mengatakan tentang pasangan kerajaan yang tidak bertahan lama tetapi meninggalkan jejak dan pelajaran untuk pernikahan lain di Istana Kerajaan Yordania.

Dina binti ‘Abdu’l-Hamid adalah yang pertama dari empat istri Raja Hussein dari Yordania.

Pernikahan mereka hanya berlangsung dua tahun dan memiliki seorang putri, Putri Alia, tetapi kisah mereka menjadi bahan film Hollywood.

Dina yang cantik lahir di Kairo, pada tahun 1929, dan melalui keluarga ayahnya, dia adalah anggota Wangsa Hashemite, dan sepupu ketiga dari calon ayah mertuanya, Raja Talal dari Yordania.

Seperti banyak anak dari keluarga bangsawan Arab, dia dikirim ke sekolah asrama di Inggris, dan kemudian memperoleh gelar dalam sastra Inggris dari Universitas Cambridge yang bergengsi serta diploma pasca sarjana dalam ilmu sosial dari Bedford College, London.

Pintar, berpendidikan tinggi dan sangat cantik, Dina kembali ke Kairo dan mulai mengajar sastra dan filsafat di Universitas Kairo, namun kariernya ini tidak bertahan lama.

Pada tahun 1952, saat dalam perjalanan ke London, dia bertemu Raja Hussein dari Yordania yang sedang belajar di Inggris saat itu.

Enam tahun lebih muda darinya, Raja muda itu membuatnya terkesan, dan mereka tetap berhubungan selama tahun-tahun berikutnya menikmati beberapa pertemuan rahasia di Kairo dan London.

Pada tahun 1954, ibu Raja, Ratu Zein, yang memiliki pengaruh besar atas putranya, mengumumkan pertunangan putranya dengan Dina yang dipandang sebagai pilihan pengantin yang baik.

Seorang Putri Hashemite dibesarkan dengan pendidikan terbaik yang ditawarkan Barat dan juga orang dewasa yang akan mampu menavigasi situasi rumit di Yordania.

Mereka menikah pada 18 April 1955, dengan pengantin wanita berusia 26 tahun, dan pengantin pria berusia 19 tahun.

Dina harus melepaskan karier mengajarnya, keluarga, dan teman-temannya di Kairo dan memulai hidup baru di istana Kerajaan Yordania, dengan ibu mertuanya memerintah dengan tangan besi.

Namun, pernikahan itu penuh perselisihan sejak awal, melansir History of Royal Women.

Hussein percaya bahwa istrinya seharusnya tidak berperan dalam politik, sementara Dina yang berpendidikan tinggi merasa ini sangat menyesakkan.

Juga terdapat banyak ketegangan antara Dina dan ibu mertuanya.

Ratu Zein yang mempromosikan pernikahan antara keduanya, tetapi kemudia menyadari bahwa dia membenci Dina karena mengambil posisinya sebagai tokoh wanita senior di kerajaan.

Putri pasangan itu lahir pada tahun 1956, tetapi pada saat itu pernikahan mereka tidak dapat diperbaiki lagi.

Setahun kemudian mereka bercerai, dan Dina kehilangan gelarnya sebagai Ratu tetapi malah diberi pangkat Putri Yordania.

Setelah masa perpisahan yang menyakitkan, putri Alia diizinkan untuk melakukan kunjungan dan menghabiskan waktu bersama ibunya.

Dina kemudian menjalani kehidupan yang tenang di Kairo, dan pada tahun 1970, dia menikah dengan suami keduanya, Letnan Kolonel Asad Sulayman Abd al-Qadir, soerang pejabat tinggi di Organisasi Pembebasan Palestina (PLO).

Namun, suaminya dipenjarakan oleh Israel pada tahun 1982.

Setahun kemudian, Putri Dina merundingkan salah satu pertukaran tahanan terbesar dalam sejarah dan membebaskan suaminya dan 8.000 tahanan lainnya.

Suami pertamanya, Raja Hussein menikah tiga kali lagi, dengan Putri Muna Al-Hussein, ibu dari Raja Yordania, Ratu Alia, dan Ratu Noor, dan memiliki 11 anak dan kehidupan yang penuh dengan peristiwa dan upaya pembunuhan.

Raja Hussein menjadi salah satu tokoh yang paling disegani dalam sejarah Timur Tengah.

Mungkin beberapa pelajaran diambil oleh keluarga Kerajaan Yordania dari pernikahan yang gagal antara Dina dan Hussein.

Ratu berikutnya diizinkan untuk memainkan peran publik dan terlibat dalam proyek-proyek kemanusiaan, menjadi duta besar sejati Yordania, dan menggunakan bakat serta keterampilan mereka untuk mempromosikan citra negara dan dinasti mereka.

Ratu Yordania saat ini, Rania al Abdullah, adalah tokoh publik yang terkenal dan menjadi aset berharga bagi citra Yordania di dunia.

Ya, tetapi semua itu dimulai dengan seorang wanita muda yang menggerakkan emansipasi cantik dari Kairo yang ditolak kesempatan untuk membuat perbedaan melalui bakat dan pengetahuannya.

Baca Juga: Selalu Gunakan Pakaian Laki-laki, Inilah Kisah Kontroversi Ratu Kristina dari Swedia, Benarkah Keputusannya Tidak Ingin Menikah Karena Dia Terlibat ‘Percintaan’ dengan Dayangnya yang Perempuan?

Baca Juga: Awetkan Jenazah Suaminya Untuk Amankan Suksesi Anaknya, Inilah Kisah Nurbanu Sultan, Ibu Suri Saleh dari Kekaisaran Ottoman, Diplomat Cerdik, yang Selamatkan Budak dan Lindungi Pedagang Yahudi

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari

Artikel Terkait