Find Us On Social Media :

Selalu Gunakan Pakaian Laki-laki, Inilah Kisah Kontroversi Ratu Kristina dari Swedia, Benarkah Keputusannya Tidak Ingin Menikah Karena Dia Terlibat ‘Percintaan’ dengan Dayangnya yang Perempuan?

By K. Tatik Wardayati, Selasa, 12 April 2022 | 13:30 WIB

Ratu Kristina dari Swedia, yang selalu mengenakan pakaian pria.

Intisari-Online.com – Ketika itu 18 Desember 1626,  Ratu Maria Eleonora menutup matanya dan menghela napas lega, ketika mengetahui bahwa putra yang dilahirkannya masih hidup, itu berarti kewajibannya kepada suaminya telah dia penuhi.

Dia telah memberi suaminya pewaris takhta, setelah tiga kali melahirkan sebelumnya, satu anak perempuan dan satu anak laki-laki, dan mereka lahir mati.

Putri Kristina, bayi perempuannya yang cantik, lahir pada tahun 1623 dan meninggal sebelum ulang tahunnya yang pertama.

Di Swedia, kelahiran terselubung menjadi tanda keberuntungan, karena negara itu berkonflik dengan banyak negara Eropa lainnya, ketika itu, jadi diramalkan anak ini bakal jadi pejuang seperti ayahnya.

Namun, ketika ‘Pangeran’ itu dibersihkan, para wanita yang menghadiri kelahiran itu menyadari bahwa mereka salah, ternyata bayi kerajaan itu berjenis kelamin perempuan.

Sekali lagi, sang ratu gagal memiliki seorang putra, setelah itu, dia mengalami depresi berat.

Gustavus Adolphus, yang menunggu kelahirannya setelah salah diumumkan jenis kelaminnya, tersenyum, dan berkata, “Dia akan pintar, dia telah membodohi kita semua!”

Pada tahun 1630 Gustavus Adolphus menulis surat kepada Pangeran Axel Oxenstierna, karena khawatir akan terjadi sesuatu pada keluarganya jika dia mati dalam pertempuran Perang Tiga Puluh Tahun.

Dia meminta kepada Count untuk menjaga istrinya dan memastikan bahwa putrinya akan menjadi raja berikutnya.

Pada 6 November 1632, prajurit Raja ditembak beberapa peluru dalam pertempuran Lutzen, dan putri satu-satunya yang masih hidup, Putri Kristina Augusta, baru berusia enam tahun.

Sebuah dewan rahasia pun dibentuk, yang memerintah atas nama Kristina, dan Oxenstierna adalah kepala dewan itu.

Sebagai seorang politisi yang terampil, Oxenstierna menggunakan pengaruhnya untuk membela hak Putri Kristina atas takhta.