Intisari-Online.com -Seorang Perdana Menteri sebuah negara di Asia telah didepak dari jabatannya, diduga karena terlalu terang-terangan mendukung Rusia dalam invasi ke Ukraina.
Seperti diketahui, sebagian besar negara-negara di dunia memilih sikap mengutuk serangan Rusia ke Ukraina.
Apalagi negara-negara yang selama ini dikenal dekat dengan Amerika Serikat dan para sekutunya di NATO.
Mereka seolah tidak peduli dengan riwayat kelam Negeri Paman Sam dalam hal menggulingkan pemimpin-pemimpin negara yang tak sejalan dengan mereka.
Riwayat kelam yang pada akhirnya terbongkar secara gamblang lewat dokumen-dokumen pemerintah AS, baik melalui secara legal maupun ilegal seperti yang dibocorkan olehNational Security Archive (NSA) pada 2017.
Tak terhitung jumlah negara atau kepala pemerintahan yang "diobok-obok" oleh AS hanya karena kepentingannya tak terpenuhi.
Di Indonesia,Presiden Pertama Indonesia Soekarno menjadi salah satu korbannya. Setidaknya demikian isi salah satu dokumen pemerintah AS yang bocor.
Lalu kini, akhirnya aksi "obok-obok" AS diduga kembali terjadi di salah satu negara Asia yang secara terang-terangan mendukung aksi Rusia menginvasi Ukraina.
Dalam perang Rusia-Ukraina, diketahui beberapa negara di dunia memang berani secara tegas mendukung aksi Rusia.
Mereka adalah China, India, Afrika Selatan, Brasil, Meksiko dan Pakistan.
Di tengah segala tekanan negara-negara di dunia, terutama AS dan sebagian besar negara Eropa, mereka bergeming berada di belakang Rusia.
Berbagai ancaman pun kemudian ditebar oleh AS dan sekutunya agar para pemimpin negara tersebut berubah pikiran.
Sebuah ancaman yang akhirnya kini benar-benar telah memakan seorang korban pemimpin negara.
Pemimpin negara yang dimaksud adalah Perdana Menteri Pakistan, Imran Khan.
Khan baru saja secara resmi digulingkan dari posisinya sebagai Perdana Menteri oleh oposisi politik melalui mosi tidak percaya pada Minggu (10/4/2022).
Melalui metode voting, oposisi yang telah berhasil membujuk beberapa sekutu Khan, akhirnya berhasil unggul melalui mosi tidak percaya.
Seperti dilansir NTD, para pemenang voting tersebut mengklaim akan segera membentuk pemerintahan baru yang dipimpin oleh salah seorang petinggi partai besar.
Khan yang akhirnya terbuang kemudian mulai bersuara dengan menuduh AS sebagai pihak yang berkolusi dengan oposisi.
Maklum,selain terang-terangan mendukung Rusia, Khan juga bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, tepat saat Ukraina mulai dihujani rudal Rusia, pada 24 Februari 2022.
Khan dengan sangat berani mempertanyakan kecaman Barat atas keputusannya menemui Putin.
"Apa pendapatmu tentang kami? Apakah kami budakmu, apa pun yang kamu katakan, kami akan lakukan?" kata Khan.
Khan beralasan, keputusan Pakistan berkunjung ke Rusia adalah demi menyelamatkan negaranya yang dilanda krisis.
Sebuah kondisi yang kemudian menjadi senjata kelompok oposisi untuk menggulingkan Khan.