Intisari-Online.com - Perang Rusia dan Ukraina dimulai sejak Kamis (24/2/2022).
Sejak perang Rusia dan Ukraina, ledakan bom atau serangan rudal beberapa kali menghantam wilayah Ukraina.
Namun akhir-akhir ini, dilaporkan kondisi mulai kondusif karena pasukan Rusia sudah meninggalkan area di sekitar ibu kota Kiev.
Akan tetapi Jumat (8/4/2022) kemarin, mendadak sebuah rudalmenghantam sebuah stasiun di Kramatorsk, Ukraina Timur.
Padahal di sana ada ribuan orang sedang menunggu kereta evakuasi karena khawatir akan operasi militer skala besar akan terjadi di Ukraina.
Dalam sebuah pernyataan pada sore yang sama, perusahaan kereta api Ukraina mengatakan bahwa dua roket menghantam stasiun kereta api yang digunakan untuk mengevakuasi warga sipil.
Gubernur wilayah Donetsk, Pavel Kirilenko, telah merilis pembaruan tentang jumlah orang yang terluka dan tewas dalam insiden tersebut.
“Sedikitnya 50 orang tewas, termasuk lima anak-anak," kataPavel Kirilenko seperti dilansir dari24h.com.vn pada Sabtu (9/4/2022).
"Jumlah korban yang begitu besar akibat serangan rudal Tochka U oleh pasukan Rusia di stasiun Kramatorsk."
"Saat itu, 98 orang dibawa ke rumah sakit"
"Kami mengantisipasi korban lain akan datang terus menerima bantuan medis dalam 1-2 hari."
"Sehingga jumlah korban akan terus berubah," kata Kirilenko, yang awalnya mengira serangan itu dilakukan dengan roket Iskander.
Selain itu, dari 98 orang yang dirawat di rumah sakit tersebut, terdapat 16 anak-anak, 46 perempuan, dan 36 laki-laki.
"12 dari mereka telah meninggal di rumah sakit. 38 orang telah meninggal di stasiun, pada saat konfirmasi Kirilenko.
Jaksa Agung Ukraina Iryna Venediktova menyatakan serangan itu sebagai "kejahatan terhadap kemanusiaan".
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyebutnya sebagai serangan yang ditargetkan terhadap warga sipil.
Zelensky juga mengkonfirmasi bahwa tidak ada tentara Ukraina yang hadir di stasiun pada saat serangan itu.
Sementara itu, Rusiamembantah tuduhan tersebut.
Mereka mengklaim bahwa serangan terhadap stasiun Kramatorsk dilakukan oleh batalyon rudal angkatan bersenjata Ukraina dari daerah kota Dobropolye.
Kementerian Pertahanan Rusia percaya bahwa serangan itu dilakukan untuk mengganggu evakuasi massal penduduk dari kota dan untuk memungkinkan angkatan bersenjata Ukraina menggunakan warga sipil sebagai tameng manusia.
Pada malam hari yang sama, Komite Investigasi Rusia telah membuka kasus pidana terhadap komandan brigade Angkatan Bersenjata Ukraina (AFU) dan orang tak dikenal lainnya yang terlibat dalam serangan itu.
Menurut komisi tersebut, militer Ukraina menggunakan sistem rudal Tochka-U dengan hulu ledak cluster untuk menghantam stasiun kereta api Kramatorsk di wilayah separatis Donetsk.
Sehingga menewaskan lebih dari 50 warga sipil di kota itu, termasuk lima anak-ana. terluka dengan berbagai tingkat keparahan.
Komite Investigasi mengatakan bahwa tentara Brigade Rudal Independen ke-19 Angkatan Bersenjata Ukraina melakukan insiden ini, komandan brigade adalah Kolonel F.S. Yaroshevich.
Ukraina sendiri belum mengomentari tuduhan Rusia.
Tapi negara-negara Barat dengan cepat menyalahkan Rusia atas serangan itu, tetapi tidak memberikan bukti apa pun.