Intisari-online.com - Perdana menteri negara Eropa mengatakan negaranya telah menerima tawaran dari Rusia dan Ukraina untuk menjadi penjamin kesepakatan damai untuk mengakhiri konflik Moskow-Kiev.
Berbicara pada konferensi pers pada 31 Maret di Roma, Perdana Menteri Italia Mario Draghi mengatakan bahwa selama pembicaraan baru-baru ini di Istanbul (Turki), Rusia dan Ukraina telah mencapai kerangka kerja untuk kesepakatan damai.
"Faktanya, posisi partai-partai telah bergerak sedikit lebih dekat," komentar Mario Draghi.
"Baik Rusia dan Ukraina telah meminta Italia untuk menjadi 'penjamin' perjanjian damai mereka," Mario Draghi mengumumkan.
Sebelumnya, pada 30 Maret, Mario Draghi melakukan percakapan telepon dengan Presiden Rusia Putin.
Selama panggilan telepon, Perdana Menteri Italia mendesak Putin untuk memerintahkan gencatan senjata di Ukraina.
"Kami semua ingin melihat harapan," kata Mario Draghi kepada presiden Rusia, menekankan bahwa Italia siap berkontribusi pada proses penyelesaian konflik Moskow-Kiev.
Dalam pembicaraan dengan Rusia di Turki, Kiev juga menyampaikan keinginan agar Italia dan negara-negara seperti Inggris, China, Amerika Serikat, Turki, Prancis, Kanada, Polandia, dan Israel akan berdiri untuk menjamin keamanan Ukraina, setelah negara tersebut menandatangani perjanjian damai.
"Saya mengatakan kepada Putin bahwa saya ingin panggilan ini untuk membahas perdamaian dan dia berkata, 'Tentu, mari kita bicara tentang perdamaian," katanya.
"Saya bertanya kapan Rusia bisa memerintahkan gencatan senjata di Ukraina, dan dia menjawab: 'Syaratnya belum matang," tambah Mario Draghi tentang isi panggilan telepon dengan presiden Rusia.
Menurut Mario Draghi, Presiden Ukraina selalu siap untuk berunding langsung dengan Presiden Rusia Putin terkait isu penghentian konflik.
Sebagai negara "suara" di Uni Eropa (UE), Italia sejauh ini menahan diri untuk tidak memberikan komentar yang mengkritik Rusia atas operasi militernya di Ukraina.
Bersama dengan Jerman, Italia adalah negara yang sangat bergantung pada pasokan gas Rusia.
Selama konferensi pers pada 31 Maret, Mario Draghi mengatakan bahwa Italia belum terputus dari pasokan gas Rusia, meskipun terus membayar pembelian gas ke Moskow dalam euro dan dolar.
Perdana menteri Italia juga mendesak Eropa untuk "mengolah semua lahan yang tersedia" untuk mengatasi risiko kekurangan pangan akibat dampak konflik Rusia-Ukraina.