Advertorial
Intisari - Online.com -Drone telah memerankan peran gemilang dalam pertahanan Ukraina melawan serangan Rusia yang terus-menerus datang.
Sebelum serangan dimulai pakar yakin armada Rusia atau "robot pembunuh" kemungkinan menjadi senjata yang jauh lebih potensial, tapi untuk mengingatnya mereka ternyata jarang dilihat.
Lantas, apa yang terjadi?
Program drone Ukraina tumbuh dari kelompok pendanaan bersama para penghobi, yang tampaknya tahu dan menyukai teknologi mereka -- bahkan jika itu bukan teknologi mutakhir.
Rusia, di lain pihak, tampaknya memiliki segerombolan senjata otonom generasi berikutnya, tetapi para jenderal mungkin kurang percaya pada teknologinya.
Drone vs drone
Dikutip dari Asia Times, Ukraina menggunakan drone senjata Bayraktar TB2 Turki, disediakan lewat kesepakatan yang ditandatangani tahun lalu.
Sedikit yang diketahui mengenai drone Rusia, terutama model baru dengan kemampuan kecerdasan buatan (AI).
Tahun lalu, Kementerian Pertahanan Rusia mengumumkan pembentukan departemen AI khusus dengan anggaran sendiri, yang akan mulai bekerja pada Desember 2021.
Tepat sebelum menyerang Ukraina, pasukan Rusia dilihat menguji drone "swarm" baru, dan juga senjata otonom tanpa awak yang mampu melacak dan menembak pesawat musuh.
Namun tidak ada bukti mereka telah dipakai di Ukraina untuk tujuan itu.
Ini bukan pertama kalinya tipe drone dengan kemampuan mematikan terlibat dalam papan perang dunia.
Rusia meluncurkan drone "interseptor" untuk melindungi diri melawan jet tempur mengerikan ketika mereka menganeksasi Krimea di tahun 2014, dan di tahun 2020, Azerbaijan menggunakan drone melawan Armenia selama konflik Nagorno-Karabakh.
Dan AS telah berkomitmen menyediakan Ukraina untuk akses kepada "drone bunuh diri" yang portabel seperti dikabarkan Switchblade.
Apakah drone jadi masa depan medan perang?
Dunia telah beradaptasi dengan konsep drone pembunuh selama lebih dari 20 tahun.
Meskipun ada kekhawatiran hukum internasional dan lokal, pasukan pertahanan di seluruh dunia berinvestasi jor-joran untuk teknologi senjata otonom karena bernilai jauh lebih murah dibanding senjata serupa seperti tank atau jet tempur, dan tidak menempatkan pilot atau pengendara pada risiko tinggi.
Dengan drone militer menjadi jauh lebih canggih secara teknologi daripada sebelumnya, drone bersenjata AI menciptakan konsep kekuatan baru.
Mundur ke tahun 2017, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan perkembangan AI meningkatkan "kesempatan kolosal dan ancaman yang sulit diprediksi," peringatan bahwa "satu yang menjadi pemimpin di teknologi ini akan menjadi penguasa dunia."
Pemimpin Rusia memprediksi perang masa depan akan dilakukan dengan drone, dan "ketika drone salah satu pihak dihancurkan oleh drone lainnya, tidak akan ada pilihan lain selain menyerah."
Drone buatan rumahan
Putin sebelumnya telah mengidentifikasi perkembangan senjata dengan elemen AI sebagai salah satu dari lima prioritas besar militer Rusia.
Namun sejak Rusia menyerang Ukraina, tampaknya drone Ukraina dipakai sampai efek terbesar -- terutama untuk menarget elemen logistik Rusia yang memasok bahan bakar atau amunisi ke pasukan garis depan.
Tentara-tentara Ukraina dilaporkan menggunakan drone yang dibeli dari rak untuk menemukan target militer Rusia dan untuk membantu mengoordinasikan serangan artileri.
Laporan bahkan telah muncul tentang tentara Ukraina yang memasang bahan peledak ke pesawat tak berawak buatan sendiri sebelum menerbangkannya ke tank Rusia.
Rekaman serangan pesawat tak berawak juga membuktikan senjata informasi yang ampuh, dengan tentara Ukraina mengunggahnya ke media sosial.