Ibrahim akhirnya digulingkan pada tahun 1648, dan putranya, Mehmed IV menjadi Sultan pada 8 Agustus 1648.
Ketika itu dia berusia tujuh tahun dan membutuhkan seorang wali, maka Kosem kembali berkuasa dan memerintah sebagai bupati, dengan gelar ‘Nenek Sultan’.
Sepuluh hari kemudian, setelah Mehmed IV naik takhta, Ibrahim dieksekusi.
Beberapa sumber mengklaim bahwa eksekusi diperintahkan dengan persetujuan Kosem.
Kosem dihormati selama pemerintahannya dan mendapat dukungan dari Janissari, yang merupakan unit infanteri elit, tetapi selama masa pemerintahannya sebagai bupati, Kosem mengalami penurunan perbendaharaan.
Kosem juga mendapatkan saingan politik, yaitu ibu ratu junior, Turhan.
Turhan adalah selir favorit Ibrahim dan ibu dari Mehmed IV.
Alasan mengapa dia tidak menjadi bupati untuk putranya adalah karena Kosem lebih berpengalaman dalam memerintah dan telah memberikan posisi penting kepada pendukungnya di istana.
Namun, Turhan akhirnya mendapatkan faksi di dalam istana, dengan dukungan kasimnya, Suleyman Agha dan wazir agung, Siyavus Pasha.
Persaingan itu menyebabkan kerusuhan di seluruh kekaisaran.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR