Awal bulan ini, Wall Street Journal melaporkan bahwa Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman dan Putra Mahkota Abu Dhabi Sheikh Mohammed bin Zayed Al Nahyan telah menolak panggilan Biden.
Gedung Putih mengatakan ini "tidak akurat" dan menekankan pentingnya hubungan dengan Arab Saudi dan UEA.
Pekan lalu, Wall Street Journal melaporkan bahwa Arab Saudi sedang berbicara dengan China tentang menerima pembayaran untuk penjualan minyak dalam yuan, bukan dalam dolar AS.
"UEA dan Arab Saudi tampaknya mengirim pesan ke AS, bahwa kami bertindak untuk kepentingan kami sendiri, bukan kepentingan pemikiran AS," kata Kristian Coates Ulrichsen, pakar Timur Tengah di Rice University (AS), kepada Al Jazeera.
Cafiero mengatakan bahwa UEA tidak berpaling dari AS, karena Washington masih menjadi penjamin keamanan untuk Abu Dhabi.
Menurut peneliti ini, UEA berada dalam posisi yang sangat kuat di AS, terutama setelah memimpin untuk mendorong negara-negara Arab untuk menormalkan hubungan dengan Israel melalui Perjanjian Abraham.
"Para pemimpin Abu Dhabi yakin bahwa mereka dapat mengambil langkah-langkah yang mengecewakan Washington, seperti menyambut Assad ke Dubai dan Abu Dhabi, tanpa mengorbankan hubungan dengan Amerika Serikat," kata Cafiero.
Namun, Washington secara terbuka mengkritik Abu Dhabi atas kunjungan Assad.
Juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price mengatakan Amerika Serikat "sangat kecewa," menyebut kunjungan Assad sebagai "upaya yang jelas untuk melegitimasi" pemerintah Suriah saat ini.
Dorongan Abu Dhabi untuk normalisasi dengan Assad telah berlangsung selama beberapa tahun, meskipun ada keberatan dari AS.
Namun, perhatian utama UEA dengan AS adalah Yaman, bukan Suriah, kata para analis.
Source | : | 24h.com.vn |
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR