Dia selanjutnya membuat marah Senat dengan memasang dewa matahari Suriah El-Gabal sebagai dewa utama Roma (di atas Jupiter).
Lalu, dari nama dewa matahari inilah dia menerima julukannya sebagai Elagabalus.
Untuk diketahui dia hanya disebut Elagabalus setelah dia meninggal dan memiliki nama asli sebagai Marcus Aurelius Antoninus Augustus saat menjadi kaisar.
Lebih buruk lagi, dia memutuskan untuk memindahkan relik suci ke kuil baru yang dia bangun untuk El-Gabal dan menjadikan dirinya Imam Besar.
Orang Romawi hampir bisa menerima selera seksual kaisar yang tidak biasa, tetapi tindakan keagamaannya adalah langkah yang terlalu jauh.
Dia telah digambarkan sebagai "Kaisar Roma yang paling tidak mampu" oleh sejarawan Adrian Goldsworthy dalam How Rome Fell: The Death of a Superpower dan kekaisaran bisa berjalan karena upaya neneknya Maesa.
Akhirnya, diputuskan bahwa salah satu cucunya, Alexander, akan menjadi penguasa yang lebih cocok.
Pada 11 Maret 222, setelah kurang dari empat tahun sebagai kaisar, Elagabalus dipenggal oleh anggota Praetorian Guard.
Tubuhnya diseret melalui Roma, diludahi dan dilempar ke sungai Tiber.
Beberapa sejarawan mengklaim bahwa bencana pemerintahan dan kematiannya yang menyebabkan ketidakpastian di kekaisaran adalah awal dari Krisis abad ke-3.
Ini adalah periode di mana Roma diserang oleh orang-orang barbar dan dicabik-cabik dari dalam oleh pemberontakan, anarki, dan perang saudara.
Source | : | History Collection |
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR