Dibenci Rusia Setengah Mati, Rupanya NATO Juga Pernah Bikin Gara-Gara Dengan China, Bahkan Ulah Nato Ini Mustahil Dilupakan China Karena Dianggap Sangat Keterlaluan

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Penulis

Ilustrasi kedubes China di bom oleh militer Amerika.
Ilustrasi kedubes China di bom oleh militer Amerika.

Intisari-online.com -NATO,atau singkatan dariNorth Atlantic Treaty Organisation, adalah aliansi militer yang dibentuk pada 1949 oleh 12 negara, termasuk AS, Kanada, Inggris, dan Prancis.

Para anggotanya setuju untuk saling membantu jika terjadi serangan bersenjata terhadap salah satu negara anggota.

Tujuan awal berdirinya NATO adalah untuk untuk melawan ancaman ekspansi Rusia (saat masih berbentuk Uni Soviet) pascaperang di Eropa.

Pada 1955 Soviet Rusia merespons NATO dengan membuat aliansi militernya sendiri dari negara-negara komunis Eropa timur, yang disebut Pakta Warsawa.

Namun, setelah keruntuhan Uni Soviet pada 1991, sejumlah negara anggota Pakta Warsawa beralih menjadi anggota NATO.

Maka tak heran, hingga saat ini Rusia ogah bergabung dengan NATO, apalagi memberi izin Ukraina yang merupakan bekas wilayah Uni Soviet bergabung NATO.

Selain Rusia, ternyata sekutunya China juga memiliki masalah tersendiri dengan NATO di masa lalu, lantas apa masalah China dengan NATO?

Mengingat peristiwa mengerikan pada tahun 1999, China mengatakan bahwa mereka tidak akan pernah melupakan pelakunya adalah NATO.

Baca Juga: Bak Kena Getah Atas Omongannya Sendiri, Terkuak Mengapa NATO Enggan Membantu Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Memang Dia Bukan Nazi, Tapi Tentara-tentaranya

Baca Juga: Ketar-ketir Jadi Lokasi Perang Berikutnya Setelah Menyaksikan Ukraina Dihancurkan Rusia, Negara Asia Ini Langsung Bersiap Latihan Perang dengan China Sebagai Musuhnya

Pada 17 Maret, misi diplomatik China untuk Uni Eropa (UE) menyatakan bahwa Beijing tidak pernah melupakan siapa yang membom kedutaan besar China di Beograd, ibu kota Serbia.

Komentar China dikatakan sebagai tanggapan atas tuduhan NATO bahwa mereka mungkin mendukung kampanye militer Rusia di Ukraina.

"Beijing dapat dengan mudah bersimpati dengan rasa sakit dan kerugian negara lain karena kami tidak akan pernah melupakan siapa yang membom kedutaan besar China di Serbia pada tahun 1999," kata juru bicara misi diplomatik China ke Uni Eropa.

"Kami tidak perlu mendengarkan ceramah. tentang keadilan dari organisasi yang melanggar hukum internasional," tambahnya.

Dalam pidatonya, juru bicara China menyebut NATO sebagai "sisa-sisa Perang Dingin".

China juga meminta NATO untuk melihat dirinya sendiri apakah itu berkontribusi pada perdamaian dan stabilitas dunia.

Sebelumnya, pada 15 Maret, Sekretaris Jenderal NATO Stoltenberg meminta China untuk "mengutuk keras kampanye militer Rusia di Ukraina".

Lalu, memperingatkan Beijing untuk tidak mendukung Moskow "dengan cara apa pun".

Baca Juga: Bak Bocah yang Dibangunkan Paksa saat Sedang Asyik-asyiknya Bermimpi, Zelensky Akhirnya Pilih 'Khianati Balik' Barat, Sampai Sebut Dirinya Kini 'Berakal' karena Ini

Baca Juga: Seantero Eropa Panik Borong Zat Ini Gara-gara Berita yang 'Digoreng' Medianya Sendiri, Media Rusia Langsung Beberkan Fakta, Dijamin Bikin 'Orang Barat' Malu

"China adalah anggota Dewan Keamanan PBB dan harus mendukung dan menegakkan hukum internasional," kata Stoltenberg.

Pada tanggal 7 Mei 1999, seorang pembom B-2 AS secara tidak sengaja mengebom kedutaan besar China di Beograd.

Serangan udara itu menewaskan tiga wartawan China dan melukai 20 lainnya.

Presiden AS Bill Clinton meminta maaf kepada China dan menyebutnya sebagai "kecelakaan".

Kampanye udara Serbia tahun 1999 untuk mendukung provinsi Kosovo yang memisahkan diri dari NATO tidak disetujui oleh Dewan Keamanan PBB.

Rusia dan China juga berulang kali mengkritik kampanye tersebut.

Dalam perkembangan lain, pada 17 Maret, Australia memperingatkan akan menghukum China jika Beijing mendukung kampanye militer Rusia.

"Kami akan bekerja dengan mitra dan sekutu kami dalam hal ini," Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengatakan kepada wartawan ketika ditanya apakah Canberra dapat menghukum China karena penolakannya untuk mengkritik dinas militer Rusia atau tidak.

Artikel Terkait