Intisari-Online.com-Secara keseluruhan, 14 negara telah memasok senjata keukrainasebagai tanggapan atas invasi Rusia.
Mereka termasuk Swedia dan Finlandia, yang keduanya memiliki sejarah panjang netralitas dan bukan anggota NATO.
Namun keduanya telah mengirim ribuan senjata anti-tank keUkraina.
Jerman memasok 1.000 senjata anti-tank dan 500 rudal Stinger.
Negara-negara Baltik juga telah mengirimkan ribuan senjata termasuk rudal Stingers dan Javelin, salah satu senjata anti-tank paling efektif di dunia dengan jangkauan 2,5 km (1,5 mil).
Melihat peristiwa tersebut, Jerman kini diketahuiakan membeli 35 unit jet tempur F-35 buatan Lockheed Martin, untuk menggantikan armada Tornado mereka yang sudah berusia puluhan tahun.
Berlin juga berencana membeli 15 jet Eurofighter tambahan, untuk meremajakan angkatan udara Jerman dan berjaga-jaga bila terjadi perang seperti Rusia dan Ukraina.
Menteri Pertahanan Jerman Christine Lambrecht menyebut pembelian itu sebagai langkah maju yang baik untuk angkatan bersenjata Bundeswehr Jerman.
"Hanya ada satu jawaban untuk agresi Putin, dan itu adalah persatuan di NATO serta pencegahan yang kredibel," ujar Letnan Jenderal Ingo Gerhartz, komandan Angkatan Udara Jerman, dikutip dari AFP, Senin (14/3/2022).
Tornado milik Jerman adalah satu-satunya pesawat Luftwaffe tersertifikasi untuk membawa bom nuklir AS yang ditempatkan di Jerman dan merupakan bagian penting dari pencegahan NATO.
Jet siluman F-35 generasi kelima Lockheed dianggap sebagai pesawat tempur paling modern di dunia, dan bentuk serta lapisannya yang unik membuatnya lebih sulit dideteksi oleh radar musuh.
Adapun jet Eurofighter tambahan yang akan dibeli Jerman dibuat oleh konsorsium yang mencakup Airbus, akan digunakan untuk operasi lain termasuk peperangan elektronik seperti mengganggu sistem pertahanan udara musuh.
Melansir Kompas.com, dalam pidato penting akhir bulan lalu, Kanselir Jerman Olaf Scholz berjanji untuk menginvestasikan tambahan 100 miliar euro (Rp 1,5 kuadriliun) guna modernisasi Bundeswehr yang kekurangan dana kronis.
Tambahan bujet militer itu menandai pembalikan kebijakan menjaga profil militer yang rendah, sebagian karena rasa bersalah atas Perang Dunia II.
Setelah bertahun-tahun dikritik bahwa Jerman tidak cukup memikul beban keuangan dalam aliansi militer NATO, Scholz bersumpah untuk membelanjakan lebih dari dua persen produk domestik bruto Jerman setiap tahun untuk pertahanan, melampaui target dua persen NATO sendiri.
Perubahan kebijakan itu didorong oleh invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari, yang mengguncang rasa aman Jerman dan menyoroti keadaan angkatan bersenjatanya.
(*)