Intisari-Online.com - Konferensi Asia Afrika diselenggarakan di kota ini, sebanyak 29 pemimpin dunia hadir.
Tanggal 18 -24 April tahun 1955, diselenggarakan Konferensi Tingkat Tinggi Asia Afrika atau yang dikenal sebagai Konferensi Asia Afrika.
Dalam penyelenggaraan konferensi tersebut, Indonesia memiliki peran yang sangat penting.
Selain berperan sebagai pemrakarsa diselenggarakannya Konferensi Asia Afrika, Indonesia juga menjadi tuan rumah.
Di salah satu kota di Indonesia, pertemuan bersejarah para pemimpin dunia tersebut berlangsung.
Kota tersebut adalah Bandung, Jawa Barat. Kini kita mengenal adanya Gedung Merdeka, Gedung Dwi Warna, dan Jalan Asia Afrika.
Tempat-tempat itulah yang menjadi lokasi-lokasi bersejarah berlangsungnya Konferensi Asia Afrika.
Gedung Merdeka dulunya bernama Gedung Concordia, Gedung Dwi Warna sebelumnya bernama Gedung Dana Pensiun, dan Jalan Asia Afrika awalnya bernama Jalan Raya Timur.
Saat memeriksa persiapan terakhir di Bandung pada 17 April 1955, Presiden Soekarno yang meresmikan penggantian nama beberapa tempat tersebut.
Tujuan penggantian nama tersebut yaitu untuk menciptakan suasana yang sesuai tujuan konferensi.
Ketika itu, Gedung Dana Pensiun dipersiapkan sebagai tempat sidang-sidang konferensi.
Sementara Hotel Homann, Hotel Preanger dan 12 hotel lain, serta perumahan perorangan dan pemerintah dipersiapkan sebagai tempat menginap para tamu yang berjumlah 1300 orang.
Dikutip dari harian Kompas yang terbit pada 18 April 1980, selama lebih dari seminggu Bandung begitu berbeda dari biasanya. Lampu-lampu menyinari sudut-sudut kota yang kali ini lebih terlihat megah.
Antusiasme warga Bandung ditunjukkan pada konferensi internasional itu. Mereka menyambutnya dengan baik dan hampir semua orang selalu memadati Gedung Merdeka.
Tak hanya itu, keramahan warga Bandung diperlihatkan dengan keakraban terhadap delegasi yang hadir dalam acara tersebut. Mereka mendatangi, berbincang, dan ada juga yang meminta tanda tangan.
Pada 18 April 1955, KAA berlangsung di Gedung Merdeka Bandung mulai jam 09.00 WIB dengan pidato pembukaan oleh Presiden RI, Soekarno.
Baca Juga: Ini 3 Tokoh Bandung Lautan Api, Nomor 2 Sampai Korbankan Nyawanya
Sidang-sidang selanjutnya dipimpin oleh Ketua Konferensi PM RI Ali Sastroamidjojo.
Konferensi Asia Afrika mengumpulkan negara-negara Asia dan Afrika untuk membahas masalah yang tengah terjadi di dunia saat itu.
Di antara para pemimpin dunia yang paling terkemuka yang menghadiri Konferensi ini adalah Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru, Perdana Menteri Burma U Nu, Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser, Perdana Menteri China dan Menteri Luar Negeri Zhou Enlai.
Kemudian, sebagian besar negara lain mengirimkan perwakilan berpangkat tinggi, tetapi bukan kepala pemerintahan mereka.
Pertemuan ini dilatarbelakangi situasi yang terjadi pasca-Perang Dunia II, di mana ketegangan berlangsung antara Amerika Serikat dan Uni Soviet yang dikenal sebagai Perang Dingin.
Terjadi persaingan ideologi dalam memperebutkan pengaruh negara-negara lain antara Amerika dan Uni Soviet.
Persaingan itupun menimbulkan kekhawatiran negara-negara Asia-Afrika, terutama yang baru merdeka.
Ditambah dengan kekhawatiran akibat pengembangan senjata nuklir, penjajahan di Asia dan Afrika, hingga PBB yang bekerja lambat dalam menyelesaikan berbagai persoalan dunia, maka diadakan sebuah pertemuan tingkat tinggi.
Banyak di antara peserta Konferensi Asia Afrika yang datang, khususnya di Afrika, mewakili dan menyampaikan aspirasi negara-negara yang masih dalam proses kemerdekaan.
Hasil Konferensi Asia Afrika
KAA menghasilkan Dasasila Bandung, yang juga memuat prinsip-prinsip Piagam PBB dan Lima Prinsip Jawaharlal Nehru, Perdana Menteri India.
Berikut ini isi Dasasila Bandung:
Selain itu, KAA Bandung inilah yang kelak menginspirasi dibentuknya Gerakan Non Blok.
(*)