Sebagai seorang putri, Anne akan selalu diharapkan untuk menikah dengan siapa pun yang dipilihkan orang tuanya untuknya.
Dalam lanskap agama yang bergejolak di Eropa pertengahan abad ke-16, pertandingan politik bahkan lebih penting.
Pada usia 11 tahun dia bertunangan dengan putra Adipati Lorraine, tetapi ini terputus karena keduanya mencapai usia menikah, sebagian karena perselisihan agama antara orang tua Anne.
Kemudian, pada akhir tahun 1530-an ketika Eropa terbagi oleh agama, Raja Inggris Henry VIII, sangat ingin membuat aliansi Protestan dengan pernikahan berikutnya.
Thomas Cromwell, Ketua Menteri Henry, tertarik pada perjodohan Henry (48 tahun) -yang saat itu tekah menjadi gemuk, kelebihan berat badan– dan Protestan Anne of Cleves (24 tahun), terutama untuk alasan politik.
Meski Anne tidak mendapat manfaat dari pendidikan formal (dan bahkan hampir tidak bisa berbahasa Inggris), dia dianggap berbudi luhur dan berprestasi dalam keterampilan seperti menjahit dan kartu.
Baca Juga: Mengapa Kerajaan Sriwijaya Disebut sebagai Kerajaan Maritim Terbesar di Nusantara?
2. Sejarah paling terfokus pada penampilan Anne
Lukisan Anne dan adik perempuannya Amalia, dikirim ke Raja Henry VIII. Henry dikatakan senang dengan potret yang dihasilkan (salinannya dapat dilihat di Paris dan London hari ini).
Namun, Henry kemudian menuduh Hans Holbein the Younger menyanjung Anne, menyatakan bahwa dia tidak menarik dalam kehidupan nyata- sedemikian rupa sehingga dia tidak bisa memaksakan diri untuk mewujudkan pernikahan.
Hans Holbein the Younger merupakan salah satu pelukis potret terkemuka saat itu yang melukis Anne dan adiknya.
Penulis | : | Khaerunisa |
Editor | : | Khaerunisa |
KOMENTAR