Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB-OPM) tak bisa mengakui klaim tersebut karena menurut mereka Benny Wenda merupakan warga negara asing.
"Benny Wenda lakukan deklarasi dan umumkan pemerintahannya di negara asing yang tidak mempunyai legitimasi mayoritas rakyat bangsa Papua, dan juga di luar dari wilayah hukum revolusi," kata Juru Bicara TPNPB-OPM, Sebby Sambon, kepada VOA melalui keterangan tertulisnya, Rabu (2/12/2020).
Benny Wenda mengatakan para pemimpin dunia telah terbuka mengutuk aksi Vladimir Putin dan memberi tepuk tangan atas keberanian dan semangat warga Ukraina dalam perlawanan mereka; saat mereka melindungi keluarga mereka, rumah mereka, komunitas mereka, dan identitas nasional mereka.
Namun ia menanyakan mengapa pemimpin dunia diam saja mengenai konflik separuh abad di Papua Barat.
"Antara 60 - 10000 warga kini mengungsi dan diusir tanpa dukungan ataupun bantuan apapun. Ini adalah krisis kemanusiaan," ujar Benny Wenda.
"Wanita dipaksa melahirkan di semak-semak, tanpa bantuan medis. Anak-anak malnutrisi dan kelaparan. Orang-orang kami telah menderita, tanpa mata dunia menyaksikan, untuk 60 tahun."
Benny Wenda mengatakan perwakilan permanen Indonesia untuk PBB menyebut serangan militer di Ukraina tidak dapat diterima dan meminta perdamaian.
Namun dia mengklaim di hari yag sama seruan dinyatakan, bahwa tujuh anak sekolah ditangkap, dipukuli dan disiksa oleh militer Indonesia di Papua Barat dan salah satu anak lelaki itu, Makilon Tabunim, dikatakan oleh Benny Wenda telah tewas karena cederanya.
"Militer Indonesia secara sengaja menarget anak-anak muda, generasi berikutnya. Hal ini adalah untuk menghancurkan semangat kami dan menyurutkan harapan," lanjutnya.
"Mereka adalah anak-anak kita yang Anda siksa dan bunuh, dengan impunitas. Apakah mereka bukan "warga sipil tidak bersalah", atau nyawa mereka kurang berharga?"
KOMENTAR