Intisari - Online.com - Benny Wenda, Presiden Interim United Liberation Movement of West Papua (ULMWP), mengatakan meskipun dunia memerhatikan ketegangan invasi Rusia, warga Papua Barat merasakan kedekatan khusus dengan warga Ukraina.
"Kami merasakan teror mereka, kami merasakan sakit mereka dan solidaritas kami bersama para pria, wanita dan anak-anak.
"Kami melihat mereka menderita dan kami menangisi tewasnya nyawa tak berdosa, pembunuhan anak kecil, pengeboman rumah-rumah mereka, dan untuk trauma para pengungsi yang dipaksa meninggalkan komunitas mereka," ujar Benny Wenda dilansir dari rnz.co.nz.
Benny Wenda menggemparkan Indonesia di tahun 2020 dengan mendeklarasikan diri sebagai presiden sementara Papua Barat.
Deklarasi itu menjadi bentuk separatisme Papua Barat, dan tidak hanya dikecam Pemerintah Indonesia tapi juga ditolak rakyat Papua.
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD, saat itu menyatakan bahwa pimpinan United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) tersebut tengah merancang negara ilusi.
Menurutnya, deklarasi pendirian negara Papua Barat juga tidak memenuhi syarat.
Misalnya, mengenai keberadaan masyarakat, wilayah, dan pemerintahan, hingga pengakuan dari dunia internasional.
Ia pun mempertanyakan bagaimana Benny Wenda memimpin negara dengan kewarganegaraannya yang telah dicabut di Indonesia dan berada di Inggris sebagai tamu.
Terkait kewarganegaraan Benny Wenda, juga menjadi alasan Organisasi Papua Merdeka (OPM) menolak klaimnya terkait pembentukan Pemerintah Sementara Papua Barat.
KOMENTAR