Penulis
Intisari-Online.com -Suku Dani merupakan suku tertua yang mendiami Lembah Baliem.
Lembah Baliem merupakan sebutan untuk kawasan pegunungan dan lembah di sekitar Wamena.
Melansir Kompas.com, kebanyakan masyarakat Pegunungan Tengah Papua hidup dengan bertani secara tradisional.
Mereka menanam ipere, sejenis umbi jalar sebagai tanaman utama.
Suku Dani juga menanam umbi-umbian lainnya di ladang.
Sebagian lainnya juga menanam sayur-sayuran, seperti sawi, kol, jeruk, dan buah merah.
Selain dikonsumsi sendiri, beberapa penduduk juga menjual hasil pertanian ke kota setelah dipanen.
Suku Dani biasa melestarikan para leluhurnya dengan mengasapi tubuh mereka.
Proses ini dapat membuat mereka awet hampir sempurna selama ratusan tahun.
Pengasapan mumi tidak lagi dilakukan, tetapi masyarakat suku Dani masih melestarikan sejumlah mumi sebagai simbol penghormatan tertinggi mereka kepada leluhur.
Melansir Daily Mail, dalam beberapa tahun terakhir suku Dani telah menarik wisatawan dari seluruh dunia.
Beberapa desa menyajikan adat asli mereka dan mengadakan perang tiruan.
Setiap bulan Agustus suku Dani mengadakan perang tiruan dengan suku tetangga - suku Lani dan Yali - untuk merayakan kesuburan dan kesejahteraan provinsi Papua serta menjunjung tinggi tradisi kuno.
Orang-orang Lembah Baliem, suku Dani, Lani dan Yali, diidentifikasi secara tidak sengaja oleh ahli zoologi dan filantropis Amerika Richard Archbold, saat melakukan ekspedisi zoologi ke New Guinea pada tahun 1938.
Para pria suku Dani mengenakan pakaian khas suku, termasuk cat wajah, bulu, tulang binatang, dan Koteka.
Para wanitanya mengenakan rok yang terbuat dari anyaman serat anggrek berhiaskan jerami dan noken, tas anyaman dikenakan dari kepala.
Masyarakat suku Dani menyebut diri mereka sendiri sebagai nit baliemega yang berarti "kami orang Baliem".
Sebagian besar suku Dani memeluk agama Kristen Protestan, namun tidak bisa lepas dari adat istiadatnya sebagai penganut kepercayaan roh-roh orang yang sudah meninggal
Perpaduan dari dua keyakinan tersebut dapat dilihat dari upacara adat yang dilakukan oleh masyarakatnya.
Mereka masih secara rutin melakukan ritual-ritual penghormatan terhadap roh leluhur.
(*)