Ini kemudian akan memungkinkan pasukan Rusia untuk dengan mudah menaklukkan Kyiv, ibu kota Ukraina, dan menghancurkan pasukan Ukraina di timur dan selatan tanpa perlu memperoleh keunggulan udara.
Jika seperti itu niatnya, saat ini Rusia telah gagal.
Para ahli juga telah memberikan penjelasan yang cukup untuk ketidakhadiran Angkatan Udara Rusia.
Sementara itu, pertahanan udara di Kyiv dan kota-kota lain dalam kondisi yang baik.
Hal itu menempatkan Rusia dengan dilema yang sulit antara melakukan serangan ketinggian, mempertaruhkan korban sipil, atau datang rendah dan berisiko ditembak jatuh.
“Mereka belum tentu mau mengambil risiko tinggi dengan pesawat mereka sendiri dan pilot mereka sendiri,” kata seorang pejabat senior pertahanan AS.
Justin Bronk, seorang ahli penerbangan di RUSI, sebuah think tank Inggris, mengatakan dia mencurigai kemungkinan kurangnya amunisi yang dipandu dengan presisi (PGM) yang tersedia untuk pilot Rusia juga dapat menjadi faktor dalam penundaan serangan.
Serangan udara Rusia di Suriah sering mengandalkan rudal terarah, katanya.
“Ini tidak hanya menunjukkan keakraban yang sangat terbatas dengan PGM di antara sebagian besar awak pesawat tempur Rusia, tetapi juga memperkuat teori yang diterima secara luas bahwa persediaan PGM yang dikirim melalui udara Rusia sangat terbatas,” tambahnya.
Ketakutan akan peristiwa tembak-menembak dan jam terbang keseluruhan pilot Rusia yang terbatas di jet mereka juga bisa menjadi faktor keengganan angkatan udara, katanya.
Namun, hanya karena serangan gencar yang diproyeksikan dari 300 pesawat tempur Rusia yang ditempatkan di zona konflik belum terjadi, bukan berarti itu tidak akan terjadi dalam waktu dekat.
Apa pun yang salah sejauh ini, armada jet Rusia “tetap menjadi kekuatan yang berpotensi sangat merusak yang dapat dilepaskan terhadap target udara dan darat dalam waktu singkat dalam beberapa hari mendatang,” menurut Bronk.
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR