Intisari-Online.com - Ada banyak negara yang merespon invasi Rusia ke Ukraina.
Salah satunya Indonesia.
Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi) danKementerian Luar Negeri (Kemenlu)sudah menyatakan sikap Indonesia terhadapinvasi Rusia ke Ukraina.
Namun sikap dan strategi Indonesia tentang konflik Rusia dan Ukraina ini dilihat Australia dengan cara yang berbeda.
Dilansir dariaspistrategist.org.au pada Selasa (1/3/2022), ada beberapa poin dalam pernyataanresmi dari Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Indonesia yang dikomentari Australia.
Dua yang pertama dari lima poinnya dengan tepat menegaskan beberapa konsep dasar yang dapat dengan mudah disetujui oleh Australia dan negara-negara lain yang berpikiran sama.
Dua poin itumengacu pada prinsip-prinsip piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Termasuk menghormati integritas dan kedaulatan teritorial, yang menurut Indonesia 'harus terus dijunjung tinggi'.
Pernyataan itu menggambarkan serangan militer di Ukraina sebagai 'tidak dapat diterima'.
Mengingathampir 200.000 tentaramenyerang penuh dengan tank, pesawat perang, dan senjata militer lainnya.
Tentu poin ini tak terbantahkan bahwa nyawa orang-orang di sana berada dalam bahaya besar.
Dengan begitu, poin itumenegaskan bahwa serangan itu mengancam perdamaian dan stabilitas regional serta global.
Tapi nasalahnya ada pada poin tiga dan empat dari pernyataan itu.
Dalam pernyataan itu, Indonesia menyerukanagar ‘situasi ini’ diakhiri dan ‘selanjutnya menyerukan kepada semua pihak untuk menghentikan permusuhan dan mengedepankan resolusi damai melalui diplomasi’.
Ini 'mendesak' Dewan Keamanan PBB untuk 'mengambil langkah-langkah konkret untuk mencegah situasi semakin memburuk'.
Rupanya ungkapan yang satu ini membuat orang-orang Australiapercaya bahwa Presiden Joko Widodo, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, dan jutaan orang Indonesia tidak begitu terkejut dengan apa yang terjadi di Ukraina.
Berbeda jauh dengan terkejutnya orang-orang Australia.
Jokowi menulis di akun resmi Twitternya, "‘Hentikan perang. Perang membawa penderitaan bagi umat manusia dan membahayakan dunia".
Tidak diragukan lagi bahwa dia mencerminkan kengeriannya.
Dan Retno Marsudi setidaknya berusaha membujuk mitra Rusia-nya untuk menyelesaikan perselisihan Rusia dengan Ukraina melalui diplomasi.
Tetapi Australia menganggap pernyataan itu memiliki tujuannya.
Apalagi terkait krisis Ukraina, Indonesia disebutkan tidakmenyebutkan kata 'Rusia' di dalamnya.
Oleh karenanya, pakar Pertahanan Rusia sekaliguskepala program ASPI Indonesia,David Engel menyatakan pernyataan itu bodoh dan sangat berisiko.
Lebih tepatnya, itu tidak jujur.
David Engel menyebut pemerintahan Jokowi pasti tahu bahwa kedua belah pihak tidak dapat disalahkan atas perang yang dimulai oleh Rusia dan yang berusaha dihindari oleh Ukraina.
Jikabersikeras bahwa Ukraina bisa menghentikan permusuhan ketika hanya membela diri dari agresi seorang tiran, maka David Engel menyebut itu hal yang disengaja.