Intisari-Online.com - Ada berbagai dampak yang terjadi setelah Rusiamelancarkan operasi militer khusus ke Ukraina pada Kamis (24/2/2022) kemarin.
Amerika Serikat (AS) menjadi salah satu negara yang paling mengecamoperasi militer khusus ke Ukraina itu.
Sehingga tidak heran AS memberikan sanksi mengerikan kepada Rusia.
Ketika mendapat kabar mengenai operasi militer Rusia ke Ukraina,Presiden AS Joe Biden langsung turun tangan.
AS langsungmenghantam empat bank Rusia, termasuk dua bank terbesar di RusiaSberbank dan VTB Bank.
Dilansir dari kompas.com pada Selasa (1/3/2022), ASmemotong lebih dari setengah impor teknologi Rusia.
Tujuannya untuk menargetkan beberapa oligarki Negeri Beruang Merah.
Sanksi AS lainnya juga mengenai12 perusahaan besar lainnya sertaraksasa energi Gazprom.
Di mana AS melarang mereka untukmeningkatkan modal di pasar keuangan Barat.
Selanjutnyaekspor teknologi pertahanan dan aeronautika ke Rusia juga akan dibatasi.
Tidak hanya AS, negara-negara sekutu AS juga memberikan sanksi kepada Rusia.
Uni Eropa misalnya yangmenargetkan 70 persen pasar perbankan Rusia.
Inggris beda lagi seluruhaset bank Rusia VTB dan produsen senjata Rostec dibekukan hanya dalam waktu beberapa jam.
Di Asia beberapa negara juga memberikan sanksi keras kepada Rusia.
Sebut saja Jepang yangmenargetkan ekspor semikonduktor, yang saat ini mengalami kekurangan global, dan lembaga keuangan.
Meski begitu, Presiden Rusia Vladimir Putin sepertinya tetap tenang dan tidak terpengaruh.
Malahan dia malah semakin membombardir wilayah Ukraina bagian Timur.
Ini semua karena Putin tahu di masa depan AS bukanlah lagi negara paling penting di dunia.
Justru masa depan dunia, termasuk masa depan Rusia, ada di dua negaraini. Negara mana yang dimaksud Putin?
Dilansir dari Reuters pada tahun 2020 silam, Putin mengatakanChina dan Jerman kini tengahmenuju status negara superpower (adidaya).
Memang saat ini China sedang terlibat konflik dan Jerman masih kalah dibanding Inggris dan Prancis di Eropa, tapi Putin beranggapan berbeda.
Katanya, peran AS sudah berkurang. Termasuk juga peran Inggris dan Prancis.
Sebaliknya, bobot politik dan ekonomi China dan Jerman tengah menujustatus negara adidaya.
"JikaAS tidak siap untuk membahas masalah global dengan Rusia, maka Rusia siap untuk berdiskusi dengan negara lain," kata Putin.
Putin mengatakan, AS tidak bisa lagi mengklaim eksepsionalisme-nya.
Sksepsionalisme sendiri adalah pandangan bahwa sebuah negara, masyarakat, lembaga, gerakan, atau era bersifat "eksepsional" (tidak biasa atau hebat).
Jadi, tidak heran bahwa Rusia tidak peduli lagi dengan AS.