Meninggal pada Usia 101 Tahun, Inilah Jenderal Zhang Xueliang, Panglima Perang Manchuria yang Terlupakan, Seorang Nasionalis yang Lawan Invasi Jepang di Negaranya, Namun Dianggap Pengkhianat

K. Tatik Wardayati

Editor

Intisari-Online.com – Jenderal Zhang Xueliang adalah seorang panglima perang Manchuria yang menyatakan dukungannya kepada pemerintah Nasionalis.

Dia menjadi seorang jenderal dan salah satu pemimpin utama pemerintah Nasionalis di bawah Chiang Kai Shek.

Zhang Xueliang lahir sekitar tahun 1900, meskipun banyak yang tidak yakin dengan tanggal pastinya.

Dia hidup luar biasa hingga 100 atau 101 tahun, lahir di China dan meninggal pada tahun 2001 di Honolulu, Hawaii.

Dia adalah seorang panglima perang, seorang pemimpin Nasionalis, dan pengkhianat terhadap pemerintahannya, tetapi dia hidup bahagia lama di Taiwan dan Amerika, sangat tidak biasa dan menarik.

Dia lahir saat China sedang dibagi oleh ‘panglima perang’ yang membagi wilayah untuk diri mereka sendiri saat pemerintahan Dinasti Qing berakhir.

Selama tahun 1920-an, Jepang mencoba memberikan pengaruh di Manchuria.

Lalu, pada tahun 1921, dia pergi ke Jepang untuk belajar militer Jepang.

Baca Juga: Bak Bunyikan Lonceng Kematian Bagi Republik, Inilah Yuan Shikai, Bantu Permaisuri Cixi Gulingkan Kaisar, Lalu Ingin Hidupkan Kembali Monarki dan Angkat Dirinya Sendiri Sebagai Kaisar China

Baca Juga: Jadi Cikal Bakal Senjata Api yang Dipakai Seluruh Dunia, Ternyata Asal-usul Bubuk Mesiu Dimulai dari Obsesi Kaisar China yang Ingin Tunda Kematian Selama Mungkin

Tentara Jepang membunuh ayah Zhang Xueling pada tahun 1928 karena mereka pikir Zhang Xueliang akan lebih kooperatif dengan mereka, namun ternyata dia berbalik melawan mereka.

Ketika Jepang menginvasi Manchuria pada tahun 1931, dia mundur dengan pasukannya lebih jauh ke selatan.

Selama tahun 1930-an, dia diberi tugas untuk membasmi Partai Komunis dari utara.

Dia pertama kali bertempur di daerah tengah China, dan kemudian bertarung dengan jenderal lain bernama Yang Hucheng di Provinisi Shaanxi.

Yang Hucheng adalah seorang panglima perang Provinsi Shaanxi dan juga seorang pemimpin Nasionalis.

Karena terkesan dengan tentara Komunis, mereka memutuskan bahwa pemerintah Nasionalis harus mencoba bekerja sama dengan Komunis daripada membasminya.

Pada Oktober 1936, Chiang Kai Shek terbang ke Xi’an dari Nanjing.

Zhang Xueling dan Yang pun memenjarakannya.

Baca Juga: Melihat Cara Kaisar China Mencari Keabadian Karena Terobsesi dengan Kehidupan Abadi, Sampai Malah Justru Konsumsi Merkuri

Baca Juga: Skenario Perang Dunia III Makin Lengkap, Usai Rusia Invasi Ukraina dan China 'Pepet' Taiwan, Negara Ini Tiba-tiba Perkeruh Suasana, Luncurkan Ancaman Baru

Pendapat orang-orang berbeda tentang alasan mereka melakukan ini.

Lalu, para pemimpin politik di seluruh dunia terlibat, melansir chinahighlights.

Akhirnya pada Desember 1936, mereka memaksa Chiang Kai Shek untuk menandatangani perjanjian di dekat Museum Lintong dan Mata Air Panas Huaqing di Distrik Lintong, Xi’an, untuk bekerja sama dengan Partai Komunis, alih-alih mencoba melawan mereka.

Yang dan Zhang kembali ke Naning bersama Chiang Kai Shek, ternyata Chiang Kai Shek yang menahan Zhang Xueling dan Yang Hucheng.

Namun, dia sangat lunak dengan Zhang Xueliang.

Pada tahun 1949, ketika Chiang Kai Shek pindah ke Taiwan, dia dibawa dan ditempatkan di sebuah vila dekat laut, berada di bawah tahanan rumah yang sangat longgar, tetapi bebas pergi ke gereja.

Dia menerima banyak pengunjung terkenal dan memulai koleksi seni Tiongkok yang terkenal.

Dalam dekade terakhir hidupnya, dia menjadi kolektor seni China dan belajar Alkitab, menjadi seorang Kristen Baptis.

Baca Juga: Kisah Lin Zhao, Revolusioner Wanita Komunis yang Jadi Pembangkang, Gunakan Jepit Rambut sebagai Pena dengan Tinta dari Darahnya Sendiri untuk Tulis Prosa dan Puisi Anti-Partai Komunis China

Baca Juga: Benarkah Joseph Stalin Mengirimkan Agen Rahasia Ini untuk Membunuh Bintang Terbesar Hollywood John Wayne, yang Anti-Komunis?

Ketika usianya sekitar 90 tahun, Presiden Taiwan membebaskannya.

Pada tahun 1993, dia pindah ke Hawaii, dan meninggal di sana ketika berusia 101 tahun pada tahun 2001.

Rumah bekas tinggalnya kemudian diubah menjadi museum dan kawasan bersejarah yang dilindungi secara nasional.

Baca Juga: Sampai Nekat Jadi Pembunuh daripada Dikucilkan, Orang-orang di CBaca Juga: Bak Sudah Siap Bawa Bencana ke Seluruh Dunia, Setelah Rusia Kini Giliran China Serang Taiwan, Bombardir Negara Kecil Itu dengan 9 Pesawat Tempur Ini

Baca Juga: Benarkah Selama Ini Dunia Sudah Dibohongi? Asal Usul Virus Corona Ditemukan di Laboratorium yang Jauhnya11.800 Km dari Wuhan, 'Sudah Ada Sejak 3 Tahun Sebelum Pandemi Dimulai'

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari

Artikel Terkait