Berusia 5.300 Tahun, Tengkorak yang Ditemukan Ini Buktikan Operasi Telinga Pernah Dilakukan pada Zaman Kuno yang Menurut Para Peneliti Dianggap ‘Menyakitkan’

K. Tatik Wardayati

Editor

Arkeolog temukan operasi telinga pernah dilakukan pada masa kuno.
Arkeolog temukan operasi telinga pernah dilakukan pada masa kuno.

Intisari-Online.com – Tim arkeolog menemukan tengkorak berusia 5.300 tahun, yang diduga tengkorak seorang wanita tua.

Dari tengkorak itu menunjukkan tedapat tanda-tanda operasi telinga dini.

Sekitar 5.300 tahun yang lalu, manusia yagn di tempat sekarang disebut Spanyol utara memotong tengkorak seorang wanita tua, kemungkinan dalam upaya untuk meredakan sakit telinganya.

Seperti menurut laporan Judith Sudilovsky untuk Jerusalem Post, para arkeolog mengatakan tengkorak wanita itu merupakan bukti paling awal yang diketahui dari operasi telinga.

Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Scientific Reports, berpusat pada tengkorak yang ditemukan pada 2018 di antara sisa-sisa sekitar 100 orang di sebuah makam besar yang disebut Dolmen of El Pendon.

Makam itu, terdiri dari dua batu tegak yang menopang batu datar dan horizontal, terletak di Reinoso, sebuah kota di provinsi Burgos, Spanyol, dan tetap digunakan antara sekitar 3800 dan 3000 SM, menurut Vishwam Sankaran untuk Independent.

Tengkorak wanita itu menunjukkan bukti dari dua prosedur terpisah.

Sebagai catatan penelitian, yang pertama dilakukan di telinga kanan, mungkin untuk mengobati infeksi atau masalah ‘cukup mengkhawatirkan untuk memerlukan intervensi’.

Baca Juga: Berumur Sekitar 2.400 Tahun, Pedang Berlapis Emas Scythian ‘Akinakes’ Ditemukan di Ukraina Selatan Bersama Prajurit Penunggang Kuda yang Menggunakannya

Baca Juga: Di Dalam Piramida Berusia 3.800 Tahun, Ditemukan Ruang Pemakaman yang Diyakini Sebagai ‘Rumah’ Seorang Putri Mesir, Tetapi Makamnya Bak ‘Dirampas’ dari Pendahulunya

Yang kedua, yang bisa terjadi “berturut-turut atau beberapa bulan, atau bahkan bertahun-tahun” kemudian, menargetkan telinga kiri.

Pertumbuhan tulang di sekitar perforasi menunjukkan bahwa wanita tersebut selamat dari kedua operasi setidaknya selama satu bulan.

Menurut Independent, penempatan luka menunjukkan pasien menjalani mastoidektomi, operasi yang dilakukan untuk mengobati infeksi tulang mastoid, yang terletak tepat di belakang setiap telinga.

Tulang-tulang ini membantu mengatur tekanan telinga dan melindungi struktur halus telinga.

Jika tidak diobati, maka infeksi dapat menyebar ke kantong udara tulang mastoid, mengisinya dengan bahan yang terinfeksi dan menciptakan kondisi yang berpotensi mengancam jiwa seperti meningitis atau gumpalan darah.

“Dalam kasus ini, ahli bedah prasejarah menemukan fokus masalah, mungkin karena infeksi terlihat dengan mata telanjang, dan berhasil melakukan intervensi, sebagaimana dibuktikan oleh regenerasi tulang yang diamati pada kedua tulang mastoid,” tulis para peneliti dalam penelitian tersebut.

Mastoidektomi merupakan prosedur bedah yang relatif umum untuk mengobati infeksi telinga tengah sebelum munculnya antibiotik pada abad ke-20.

Deskripsi tertulis pertama dari tanggal operasi ke abad ke-17.

Baca Juga: Saat Ini Sedang Diserang Rusia, di Ukraina Pernah Ditemukan Tulang Unik Dihiasi dengan Tanda Hitam pada Makam Berusia 4.500 Tahun, Apa Maksud Tanda Hitam Itu?

Baca Juga: Lebih dari 1.000 Tahun yang Lalu, Orang Israel Kuno Sudah Pakai 'Jimat Emas' Ini sebagai Penangkal Mabuk

Tetapi bukti fisik paling awal dari mastoidektomi, selain tengkorak yang baru dianalisis, jauh lebih tua, berasal dari periode Proto-Bizantium (sekitar 330 hingga 824 M).

Para peneliti mengatakan bahwa individu tertentu mencapai tingkat pengetahuan anatomi dan pengalaman sebagai ‘penyembuh’ atau dokter pemula, untuk berhasil dalam jenis penyembuhan primitif.

Prosedur yang dilakukan pada tengkorak wanita itu akan jauh lebih menyakitkan daripada mastoidektomi modern.

Menurut penelitian, operasi melibatkan "pengeboran melingkar dan abrasif progresif" dari tengkorak, yang akan menyebabkan "rasa sakit yang tak tertahankan."

Dan wanita itu kemungkinan besar ditahan oleh anggota masyarakat atau diberi semacam opiat atau obat psikotropika untuk menghilangkan rasa sakit atau bahkan kehilangan kesadaran.

Berbicara dengan DiCYT, Rojo-Guerra mengatakan bahwa pisau batu yang ditemukan di dolmen menunjukkan bekas yang digunakan untuk memotong tulang.

Alat ini dipanaskan beberapa kali hingga suhu hingga 350 derajat Celcius, mungkin untuk tujuan kauterisasi.

Baca Juga: Berusia 5.000 Tahun, Drum Batu Berhias Ditemukan di Inggris Terkubur Bersama Tiga Anak, Bukan Digunakan Sebagai Alat Musik, Mungkin Dulunya Sebagai Persembahan Pemakaman atau Jimat Pelindung

Baca Juga: Kisah ‘Ratu Gurun’ Gertrude Bell, Seorang Arkeolog dan Mata-mata, Perwira Intelijen Wanita Pertama Inggris, Jadi Penentu Jazirah Arab Setelah Perang Dunia I, Kematiannya Masih Jadi Misteri

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari

Artikel Terkait