Intisari - Online.com -Presiden Rusia Vladimir Putin memulai serangan penuh ke Ukraina pada 24 Februari 2022 dan seluruh dunia kini mempelajari sejarah rumit dan membingungkan antara kedua negara dan warganya.
Namun seorang sejarawan dan profesor di Universitas Michigan, Ronald Suny, geger setelah mendengar sebagian besar sejarah yang diketahui orang-orang.
Mengutip The Conversation, beginilah sejarah antara Ukraina dan Rusia yang sebenarnya.
Menurut Suny, Putin yakin jika warga Ukraina, Belarusia, dan Rusia adalah satu rumpun, terikat oleh sejarah dan budaya yang dimiliki bersama.
Namun Putin juga sadar mereka terpisah dengan negara-negara yang diakui oleh hukum internasional dan pemerintah Rusia juga.
Saat yang sama Putin mempertanyakan pembentukan bersenjarah negara Ukraina modern, yang disebut Putin adalah produk tragis keputusan mantan pemimpin Rusia, Vladimir Lenin, Joseph Stalin dan Nikita Kruschnev.
Suny menyebut Putin juga mempertanyakan kedaulatan dan kebangsaan khas Ukraina.
Sementara Putin mempromosikan identitas nasional di Rusia, dia sendiri merendahkan rasa nasionalisme yang tumbuh di Ukraina.
Kemudian, Putin mengindikasikan bahwa Ukraina secara alamiah ramah kepada Rusia, tidak melawan.
Namun Putin memandang pemerintahan Ukraina saat ini tidak sah, sangat nasionalis bahkan cenderung agresif dan bahkan fasis.
Kondisi hubungan damai antara kedua negara disebut Suny yaitu keduanya tidak saling mengancam keamanan negara lain.
Namun, melihat dari serangan Rusia ke Ukraina, Rusia telah memberikan ancaman terbesar bagi Ukraina.
Putin melihat Ukraina sebagai ancaman eksistensial bagi Rusia, yakin jika Ukraina masuk ke NATO, persenjataan hebat akan diletakkan lebih dekat ke perbatasan Rusia, seperti yang sudah dilaksanakan di Romania dan Polandia.
Sangat mungkin menurut Suny untuk mengartikan pernyataan Putin mengenai asal sejarah negara Ukraina sebagai sejarah yang memenuhi ego sendiri dan sebuah cara untuk mengatakan, "Kami menciptakan mereka, kami bisa mengambil mereka."
Namun Suny yakin bahwa Putin sudah membuat seruan yang kuat ke Ukraina dan Barat guna mengakui kepentingan keamanan Rusia dan memberi jaminan jika tidak akan ada langkah lebih lanjut oleh NATO terhadap Rusia dan ke Ukraina.
Ironisnya, tindakannya baru-baru ini sudah mendorong Ukraina lebih erat ke pelukan Barat.
Selanjutnya, Suny menanggapi perbedaan pandangan Barat dan Rusia mengenai dua wilayah yang memisahkan dan memerdekakan diri, Donetsk dan Luhansk.
Sebagai informasi, Barat memandang Donetsk dan Luhansk sebagai bagian dari Ukraina.
Sedangkan Rusia memandang keduanya masuk ke dalam wilayah Donbas.
Ternyata begini status kedua wilayah ini secara sejarah.
Ternyata, selama periode Soviet, kedua provinsi secara resmi jadi bagian dari Ukraina.
Kemudian karena Uni Soviet bubar, batas-batas bekas republik Soviet menjadi batas-batas hukum negara-negara pasca-Soviet di bawah hukum internasional.
Rusia berulang kali mengakui perbatasan, kecuali dalam kasus Krimea.
Donbas dihuni oleh orang Rusia, Ukraina, Yahudi, dan lainnya.
Donbas mendapat gujuran sebagian besar Rusia secara etnis dan bahasa di masa Soviet dan pasca-Soviet.
Ketika tahun 2014 terjadi revolusi Maidan yang di Kiev yang menggerakkan negara itu ke arah Barat dan nasionalis Ukraina mengancam akan membatasi penggunaan bahasa Rusia di beberapa bagian Ukraina, pemberontak di Donbas dengan keras menentang pemerintah pusat Ukraina.
Setelah berbulan-bulan pertempuran antara pasukan Ukraina dan pasukan pemberontak pro-Rusia di Donbas pada tahun 2014, pasukan reguler Rusia pindah dari Rusia, dan perang dimulai yang telah berlangsung selama delapan tahun terakhir, dengan ribuan tewas dan terluka.
Klaim bersejarah atas tanah disebut Suny memang selalu dipermasalahkan, seperti Israel dan Palestina, Armenia dan Azerbaijan.
Klaim bersejarah sering dilawan oleh klaim masa kini bahwa mayoritas yang tinggal di tanah zaman masa depan lebih valid dibandingkan klaim bersejarah di masa lalu.
Rusia bisa mengklaim Donbas dengan argumennya sendiri berdasarkan etnisitas, tapi Ukraina bisa juga mengklaimnya berdasarkan kepemilikan sejarah.
Argumen-argumen itu tidak akan pergi ke manapun dan seringnya malah justru menimbulkan konflik berdarah.