Penulis
Intisari-online.com - Serangan Rusia ke Ukraina telah mendapat sorotan dari banyak pihak.
Termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang langsung melakukan rapat darurat untuk membahas situasi di Ukraina.
Pada 24 Februari, pasukan Rusia memasuki wilayah Ukraina yang memisahkan diri.
Pada saat itu Dewan Keamanan PBB mengadakan pertemuan dengan 15 anggota untuk menemukan cara mengurangi ketegangan antara Moskow dan Kiev.
"Pada saat yang tepat ketika kami bertemu untuk mencari solusi damai, Presiden Rusia Putin telah menyampaikan pesan tentang perang," kata Linda Thomas Greenfield, duta besar AS untuk PBB, setelah mengetahui operasi militer Rusia di Ukraina timur.
"Dia sangat membenci Dewan ini," imbuhnya.
"Keputusan itu diumumkan pada saat Dewan Keamanan sedang bersidang,"kata Duta Besar Prancis untuk PBB Nicolas de Riviere.
"Itu menunjukkan pengabaian Rusia terhadap hukum internasional dan PBB," tambahnya.
Setelah mendengar tentang situasi di Ukraina, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan itu adalah "momen paling menyedihkan" selama lima tahun bekerja di PBB.
"Atas nama kemanusiaan, Presiden Putin, tarik pasukan Anda kembali ke Rusia. Konflik ini harus diakhiri sekarang," kata Guterres.
Menurut Reuters, selama pertemuan Dewan Keamanan PBB, Duta Besar Ukraina Sergiy Kyslytsya adalah orang pertama yang mengetahui bahwa pasukan Rusia telah memasuki wilayah separatis di timur.
"Sudah terlambat, rekan-rekanku yang terkasih. Tidak perlu membicarakan de-eskalasi lagi," katanya.
"Saya mendorong Anda untuk melakukan segalanya untuk mencegah perang,"tambah Kyslytsya.
Duta Besar Ukraina untuk PBB kemudian tampak kehilangan kendali ketika Duta Besar Rusia Vassily Nebenzia mengatakan bahwa yang terjadi di Ukraina bukanlah perang.
"Apakah kamu punya ponsel pintar? Anda dapat menghubungi pejabat di Moskow untuk mengetahui situasinya," tantang Kyslytsya.
"Saya telah mengatakan semua yang saya tahu sekarang," jawab Duta Besar Rusia Nebenzia, menambahkan bahwa dia tidak punya alasan untuk menelepon menteri luar negeri Rusia.
"Itu adalah operasi militer khusus," Nebenzia menekankan.
Dalam upaya untuk mengelola ketegangan pertemuan itu, Duta Besar China untuk PBB Zhang Jun kemudian berkomentar.
"Kami percaya bahwa pintu resolusi damai Ukraina belum sepenuhnya tertutup dan juga tidak boleh ditutup," katanya.