Penulis
Intisari-Online.com -MelansirCNN, Kamis (24/2/2022), Presiden Rusia Vladimir Putintelah mengumumkan operasi militer di wilayah Donbas,Ukrainatimur, Kamis pagi waktu setempat.
Rusia melancarkan invasi besar-besaran di Ukrania lewat darat, udara dan laut.Kekhawatiran Barat tentang kemungkinan meletusnya perang besar kini menjadi kenyataan.
Dalam pidatonya, yang disiarkan di televisi nasional Rusia, Putin mendesak pasukanUkrainauntuk meletakkan senjata mereka dan pulang.
Pada hari yang sama,Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan bahwa sebuah pesawat angkut taktis Antonov An-26 Rusia jatuh di bagian selatan kota Voronezh, bagian selatan negara itu, sebagaimana diberitakan RT.
"Sebuah pesawat An-26 dari Pasukan Dirgantara Rusia jatuh selama penerbangan yang untuk mengangkut peralatan militer," kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan.
Militer menambahkan bahwa semua anggota awak tewas dalam kecelakaan itu.
Namun, Kementerian Pertahanan tidak merinci jumlah korban.
Penyebab awal kecelakaan itu adalah kerusakan perangkat keras.
Menurut RT, pesawat jenis ini biasanya memiliki enam awak.
Sebelumnya, sebuah pesawat pendukung jarak dekat Sukhoi Su-25 Rusia juga jatuh saat beroperasi di Ukraina.
Penyebab kecelakaan adalah kesalahan pilot, namun untungnya pilot berhasil lolos.
Presiden Rusia Vladimir Putin diberitakan melancarkan operasi militer khusus untuk demiliterisasi dan denuklirisasi Ukraina.
Dia mengatakan bahwa dia tidak akan mengambil alih Ukraina, tetapi akan menghancurkan fasilitas militer di negara itu untuk mencegah Kiev menyerang dua republik Donetsk dan Luhansk yang diakui Putin pada 21 Februari.
Segera setelah itu, AS, NATO, Uni Eropa dan PBB mengkritik kampanye Rusia ini dan menuntut agar Putin segera berhenti.
AS dan sekutunya juga telah memberikan sanksi kepada pejabat Rusia, bank, dan seluruh ekonomi di negara Rusia.
Sejauh ini embargo yang berlaku masih terhadap produk-produk perdagangan dari dan menuju Rusia atau belum ada pemblokiran sistem finansial secara keseluruhan, seperti yang terjadi dengan Iran.
Namun, hal ini menjadi potensi embargo yang perlu dipertimbangkan.
Lantaran hal itu bisa terjadi apabila konflik tidak dapat diselesaikan, sementara negara-negara seperti Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa terus bersikeras melakukan embargo kepada Rusia.
(*)