Sayangnya, Caesar tak menyadari sekelompok politisi menginginkan kematiannya.
Pembunuhan Caesar dideskripsikan oleh para sejarawan dan dinarasikan dalam sebuah drama oleh William Shakespeare yang memberi kata-kata terakhir "Et tu Brute" atau "dan kamu juga Brutus."
Kata-kata itu ditujukan pada Marcus Junius Brutus, orang kepercayaan Caesar (beberapa sumber menyebut Brutus adalah anaknya) yang ikut dalam persekongkolan menghabisi dia.
'Et tu Brute' adalah kata-kata terakhir Caesar.
Ketika Shakespeare menulis tentang tokoh-tokoh sejarah yang nyata, ia
mengambil informasinya dari tulisan-tulisan para sejarawan.
Baca Juga: Banyak Kaisar Romawi Kuno Dibunuh Saat Berkuasa, Studi Sebut Hujan Jadi Pemicunya, Kok Bisa?
Untuk drama Romawi, ia menggunakan terjemahan Utara dari tulisan biografi sejarawan Romawi Plutarch tentang tokoh-tokoh Romawi.
Ia juga menggunakan sejarawan Romawi lainnya, Suetonius, yang keduanya menulis tentang pembunuhan Julius Caesar.
Shakespeare lebih menyukai kisah Suetonius yang lebih dramatis yang membuatnya mengatakan "Kai su teknon?" ('Kamu juga, anakku?')
Itu adalah bahasa Yunani yang digunakan oleh orang Romawi tingkat tinggi daripada bahasa Latin yang lebih vulgar, yang merupakan bahasa orang biasa, tapi Shakespeare memasukkannya ke dalam bahasa Latin.
Jadi, Shakespeare menggunakan tiga kata ini – et tu brute – untuk efek teatrikal yang maksimal.
(*)
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Muflika Nur Fuaddah |
KOMENTAR