Penulis
Intisari-Online.com - Selama 500 tahun masa pemerintahan Romawikuno, sekitar 20 persen kaisarRomawidibunuh ketika sedang berkuasa.
Sebuah studimengatakan hujan bisa saja menjadi pemicunya.
Ketika curah hujan sangat rendah, pasukanRomawiyang bergantung kepada tanaman dari petani lokal, akan kelaparan.
“Pada akhirnya, itu akan membuat mereka memberontak,” kata Cornelius Christian, pemimpin studi sekaligus asisten profesor ekonomi di Brock University, Kanada.
“Pemberontakan tersebut meruntuhkan dukungan pada kaisar dan membuat mereka rentan terhadap pembunuhan,” imbuhnya.
Christian mendapat hasil penemuan ini dengan menggunakan data iklim dari studi yang dipublikasikan di jurnalSciencepada 2011.
Dalam studi tersebut, para peneliti menganalisis ribuan fosil cincin pohon dari Prancis dan Jerman.
Mereka lalu menghitung jumlah curah hujan di sana setiap musim semi selama 2500 tahun terakhir.
Area ditemukannya fosil merupakan perbatasan Romawi pada masa itu, di mana pasukan militer ditempatkan.
Christian kemudian mengumpulkan data tentang pemberontakan dan pembunuhan kaisar Romawi kuno.
Diamenggabungkan beberapa angka dan faktor ke dalam sebuah formula dan menemukan fakta bahwa “curah hujan yang rendah memicu peningkatan pembunuhan. Sebab, curah hujan rendah berarti lebih sedikit makanan yang tersedia”.
Misalnya, Kaisar Vitellius dibunuh pada 69 M di perbatasan wilayah Romawi - di mana pasukan ditempatkan - ketika curah hujan rendah.
“Vitellius adalah seorang kaisar yang diakui oleh pasukannya. Sayangnya, curah hujan saat itu sangat rendah. Pasukannya memberontak, dan dia akhirnya dibunuh di Roma,” papar Christian.
Namun, semakin sering kasus pembunuhan terjadi, banyak faktor juga yang memicunya.
Contoh, kaisar Commodus dibunuh pada 192 M karena pasukan militer sudah muak ketika ia bertindak melewati hukum.
Terutama ketika Commodus meminta gladiator untuk sengaja kalah darinya di Colosseum.
Tidak ada kekeringan yang mengarah pada pembunuhan kaisar Commodus, namun menurut Christian, itu terjadi sebelumnya.
“Kami tidak mengklaim bahwa curah hujan adalah satu-satunya penjelasan untuk semua pembunuhan. Ini hanyalah salah satu dari banyak variabel potensial yang dapat menyebabkannya terjadi,” jelas Christian.
Joseph Manning, profesor sejarah klasik dari Yale University, yang tidak terlibat dalam penelitian, mengatakan bahwa studi ini adalah bagian dari bidang yang mempelajari bagaimana iklim memengaruhi masyarakat kuno.
Meski begitu, menurutnya, peneliti harus melakukan penelitian lebih lanjut untuk mendukung gagasan tersebut.
“Relatif mudah untuk menemukan korelasi antara dua hal menggunakan statistik, namun bagaimana Anda tahu jika itu mekanisme yang tepat?” katanya.
Dengan kata lain, korelasi tidak selalu sama dengan penyebab.
Manning mengatakan, sebaiknya kita menggali hipotesis ini lebih dalam untuk menentukan apakah data iklim benar-benar cocok dengan tanggal pembunuhan. Mulai dari awal kekaisaranRomawidi 27 SM hingga berakhir pada 476 M.
Studi ini dipublikasikan pada jurnalEconomic Letters.