Dari Hu, Pingyang menyaksikan pasukan ayah, suami, dan saudara laki-lakinya bertarung mati-matian dengan pasukan kaisar.
Mereka berjuang keras dan berani, tetapi mereka kalah dalam jumlah.
Pingyang bukan tipe wanita yang duduk-duduk dan menunggu, sementara dia melihat keluarganya hancur, maka dia mengambil tindakan.
Pergilah dia ke keluarga yang baru saja diselamatkannya dari kelaparan, dia mulai merekrut pasukannya sendiri.
Dia bahkan meyakinkan seorang perampok dan anak buahnya untuk bergabung dalam pasukannya.
Dengan 1.000 orang ini, Pingyang meyakinkan sekutu kekaisaran untuk pergi.
Ini adalah pencapaian luar biasa bagi seorang wanita yang belum berusia dua puluh tahun di Tiongkok kuno.
Wanita tidak memerintahkan tentara, dan tentu saja tidak memberikan perintah kepada pria, namun dia mampu memimpin dan melatih pasukan yang layak tempur, melansir historynaked.
Dalam beberapa bulan, Pingyang mampu mengumpulkan lebih dari 70.000 tentara dan berbaris untuk merebut ibu kota Hu di bawah panji ‘Tentara Wanita’.
Dalam gerakan yang jenius, Pingyang memutuskan tidak boleh ada penjarahan, pemerkosaan, dan perampokan di tanah taklukan.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR