Intisari-Online.com - Konflik Rusia dan Ukraina sudah beberapa bulan terakhir membuat khawatir negara lain.
Ini karena konflik Rusia dan Ukraina bisa saja menjadi perang besar-besaran di Eropa.
Saat ini, Rusia memiliki lebih dari 100.000 tentang yang berkumpul di perbatasan Ukraina.
Namun di tengah panasnya konflik ini,Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan kepada media bahwa dia diyakinkan oleh pasukan presiden Rusia tidak akan maju ke Ukraina dalam waktu dekat.
"Saya mendapatkan jaminan tidak akan ada penurunan atau eskalasi," ungkap Macron.
Senada dengan Macron, Profesor Sergei Guriev,mantan kepala ekonom di Bank Eropa untuk Rekonstruksi dan Pembangunan, juga mengatakan Rusia tidak akan menyerang Ukraina.
Namun alasannya berbeda dengan Macron.
Menurutnya,sanksi Barat berdampak serius pada ekonomi Rusia.
"Salah satu indikator yang jelas adalah rubel (mata uang Rusia) yang lemah," ungkap Guriev seperti dilansir dariexpress.co.uk pada Rabu (9/2/2022).
Ada penurunan harga minyak Rusia yang awalnya95 rubel per barel, kini menjadi 75 rubel/dolar.
Hal seperti ini pernah terjadisebelum Rusia mencaplok Krimea pada 2014.
Bahkan harga minyak Rusia menjadi33 rubelper barel.
Belum lagi faktaRusia ditampar dengan sanksi pada tahun 2014 setelah mencaplok Semenanjung Krimea di Ukraina dengan kecaman global.
Profesor Guriev memperingatkan bahwa Rusia akan mampu menghindari "runtuhnya" ekonomi jika mereka menginvasi Ukraina.
Tetapi Rusia kemungkinan akan sangat "tidak senang" dengan konsekuensi dari serangan semacam itu.
“Jika Rusia menginvasi Ukraina dan sanksi keuangan besar diberlakukan, Rusia masih akan dapat menghindari keruntuhan makroekonomi."
"Ini karena mereka memiliki anggaran berimbang, cadangan FX yang besar, utang rendah, dan dana kekayaan negara yang besar."
“Sangat tidak mungkin bahwa Barat akan memberlakukan embargo minyak/gas."
“Tapi tanpa embargo seperti itu, ekonomi Rusia akan terus mandek."
“Rusia tentu saja tidak akan senang."
Dia melanjutkan soalancaman senjata nuklir, yang akan "siap digunakan Rusia".
“Rusia memang memiliki senjata nuklir dan dengan jelas mengisyaratkan bahwa Rusia siap menggunakannya.
“Inilah mengapa sanksi sangat penting. Barat telah menunjukkan bahwa sanksi dapat digunakan."
"Jika Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Uni Eropa bersatu dalam kebijakan sanksi mereka, maka Presiden Rusia Vladimir Putin pasti akan mundur."
Sebelumnya, AS telah mengancam Putin dengan sanksi yang sangat besar pada tahun 2014.
Hasilnya hingga hari ini,Rusia mengakui bahwa Donetsk dan Luhansk adalah bagian dari Ukraina.