Intisari-Online.com -Konflik Rusia dan Ukraina dari hari ke hari kian panas saja.
Ini karena sebuah sumber di Amerika Serikat (AS) konflikRusia dan Ukrainasudah siap.
Dilansir daribbc.com pada Senin (7/2/2022), Rusia dilaporkan sudah 70% siap menyerang Ukraina.
Hal itu dikarenakanRusia telah mengumpulkan sekitar 70% dari kemampuan militer yang dibutuhkan untuk invasi skala penuh ke Ukraina dalam beberapa minggu mendatang.
Diperkirakan tanahakan membeku dan mengeras mulai pertengahan Februari.
Hal itu memungkinkan Moskow untuk membawa lebih banyak alat berat, kata pejabat yang tidak disebutkan namanya.
Rusia dikatakan memiliki lebih dari 100.000 tentara di dekat perbatasan Ukraina tetapi membantah berencana menyerang.
Para pejabat AS tidak memberikan bukti untuk penilaian mereka.
Mereka mengatakan informasi itu didasarkan pada intelijen, tetapi mereka tidak dapat memberikan rincian karena sensitivitasnya, laporan media AS.
Para pejabat juga mengatakan mereka tidak tahu apakah Presiden Rusia Vladimir Putin telah memutuskan untuk mengambil langkah sepertiini.
Berbicara dengan syarat anonim, dua pejabat AS mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa kondisi cuaca akan memberikan jendela puncak bagi Rusia untuk memindahkan peralatan antara sekitar 15 Februari dan akhir Maret.
Menurut laporan, para pejabat memperingatkan bahwa invasi Rusia ke Ukraina dapat menyebabkan sebanyak 50.000 kematian warga sipil.
Mereka juga memperkirakan bahwa serangan dapat membuat ibu kota Ukraina, Kyiv, jatuh dalam beberapa hari dan memicu krisis pengungsi di Eropa saat jutaan orang melarikan diri.
Untuk berjaga-jaga, pasukan tambahan AS telah tiba di Polandia sebagai bagian dari pengerahan baru untuk mendukung pasukan aliansi militer Barat NATO di wilayah tersebut.
Kelompok pertama mendarat di Rzeszow di tenggara negara itu pada hari Sabtu.
Pemerintahan Biden mengumumkan beberapa hari lalu bahwa mereka akan mengirim hampir 3.000 tentara tambahan ke Eropa Timur.
Moskow mengatakan pasukannya berada di wilayah itu untuk latihan militer.
Tetapi Ukraina dan sekutu Baratnya tetap khawatir bahwa Kremlin berencana untuk melancarkan serangan.
Ketegangan itu pernah terjadi hampir delapan tahun lalu ketika Rusia mencaplok semenanjung Krimea selatan Ukraina dan mendukung pemberontakan berdarah di wilayah Donbas timur.
Akibatnyapemberontak yang didukung Rusia menguasai petak-petak wilayah dan setidaknya 14.000 orang telah tewas sejak 2014.