Intisari-Online.com - Para pilot TNI AU bisa menjadi seorang pilot yang mahir menerbangkan pesawat tempur dan transportasi melalui perjalanan yang panjang.
Pasalnya dari lulusan Akademi Angkatan Udara yang berjumlah 150 orang setiap tahunnya hanya sekitar 20-30 orang yang bisa menjadi pilot setelah melalui berbagai tes seleksi yang sangat ketat.
Bagi calon penerbang TNI AU yang sudah lulus seleksi mereka selanjutnya akan mendapatkan pendidikan di Sekolah Terbang (Sekbang/Air Force Flying School) ) yang berlokasi di Wing Pendidikan, Lanud Adisutjipto, Yogyakarta.
Setiap siswa ketika sudah menjalani pendidikan di Sekbang akan didampingi oleh seorang instruktur yang hubungannya bisa melebihi ‘anak dan bapak’.
Oleh karena itu lulus dan tidaknya seorang siswa Sekbang menjadi seorang penerbang sangat tergantung kepada para Instruktur Penerbang (IP) yang mendidik dengan cara yang ketat, keras, dan penuh disiplin.
Baca juga: Agar Tidak Mudah Tertembak Jatuh, Pilot Tempur pun Butuh Kaca Spion di Dalam Kokpit Jet Tempurnya
Tapi dengan sistem pendidikan yang demikian ketat itu hubungan antara seorang instruktur dan siswa Sekbang malah sangat akrab.
Namun instruktur Sekbang juga merupakan orang yang sangat istimewa bagi siswa Sekbang dan diperlakukan seperti ‘pangeran’.
Seperti layaknya seorang pangeran, para Instruktur Penerbang di lingkungan TNI AU akan dipanggil ‘Sir’ dan bukan ‘Pak’ oleh para muridnya.
Maka jawaban tegas seperti ‘Yes Sir’ dan bukan ‘Siap Pak’ sering terdengar di lingkungan Sekbang TNI AU.
Panggilan yang turun temurun ini seolah pengakuan dari murid kepada gurunya yang dapat mengajar terbang sekaligus dapat ‘mencabut nyawa’ alias mengandangkan (grounded) sang murid sewaktu-waktu.
Baca juga: Pilot Indonesia Ternyata Lebih Jago Menerbangkan Jet Tempur Sukhoi Dibanding Pilot Rusia
Sebuah kekuasaan yang dapat membuat ‘mati-hidupnya’ karier seorang siswa Sekbang kelak di kedinasan TNI AU.
Source | : | dari berbagai sumber |
Penulis | : | Agustinus Winardi |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR