Advertorial
Intisari-Online.com -Pesawat komersil yang mengalami musibah di udara biasanya disebabkan oleh faktor manusia (human error), masalah teknis, dan cuaca.
Kejadian mengerikan di udara seperti yang dialami pesawat komersil Southwest Airline, AS (17/4/2018) yang salah satu mesinnya meledak di udara sehingga menewaskan seorang penumpang memang sangat langka.
Kejadian itu jelas disebabkan oleh masalah teknis. Yakni kerusakan pada mesinnya.
Karena ledakan mesin juga memecahkan kaca jendela pesawat yang mengakibatkan turbulance hebat dan benda di dalam pesawat tersedot keluar, pesawat seharusnya kehilangan keseimbangan dan ketinggian terbang serta bisa menukik jatuh.
Baca juga:Agar Tidak Mudah Tertembak Jatuh, Pilot Tempur pun Butuh Kaca Spion di Dalam Kokpit Jet Tempurnya
Tapi karena tubuh penumpang yang nahas dan sebagian tubuhnya tersedot keluar ternyata ‘nyangkut’ di jendela pesawat, tubuh penumpang nahas yang kemudian tewas itu malah menjadi ‘penutup’ jendela sehingga pesawat terhindar dari turbulance yang hebat.
Jadi dalam hal ini tubuh penumpang yang nota bene ibu dua anak yang berprofesi sebagai bankir itu dan berada dalam posisi nyangkut di jendela, hingga pesawat berhasil mendarat darurat telah menjadi ‘pahlawan’ bagi para penumpang lainnya dan awak pesawatnya.
Dalam kondisi sedang mengalami musibah di udara, keselamatan pesawat memang tergantung dari para awaknya, khususnya kapten pilot, yakni Tammie Jo Shults, seorang pilot wanita yang ternyata mantan pilot jet tempur di Angkatan Laut AS (US Navy).
Pilot tempur (fighter) wanita di US Navy memang sangat langka karena pilot bersangkutan sekaligus menjadi awak kapal induk yang umumnya juga laki-laki.
Baca juga:AS Kirim Kapal Induk, Inilah Perbandingan Kekuatan Militer AS dan Rusia di Suriah
Tapi militer AS juga mengutamakan kesertaraan gender, wanita pun bisa menjadi pilot tempur, termasuk di satuan US Navy, dan ternyata Tammie yang terakhir berpangkat Letkol merupakan pilot tempur US Navy pertama untuk menerbangkan jet tempur F/-A 18 Hornet.
Menerbangkan jet tempur dari dan ke kapal induk sebenarnya sangat sulit dan belum tentu semua pilot tempur bisa melakukannya.
Ia harus lulus beragam pelatihan sebelum akhirnya diijinkan menjadi pilot tempur yang berpangkalan di kapal induk.
Pasalnnya untuk terbang dan mendarat di kapal induk, pilot harus mempu mengendalikan laju pesawat dan posisi kapal induk yang terus bergerak serta landasan di geladak kapal induk yang juga terus bergoyang akibat pengaruh gelombang laut.
Banyak latihan dan ketrampilan khusus yang harus dijalani sebelum akhirnya seorang pilot tempur mendapat lisensi untuk berpangkalan di kapal induk.
Ketrampilan dan pengalaman Tammie sebagai mantan pilot US Navy jelas berpengaruh besar ketika berusaha mengendalikan pesawat komersil yang tinggal mengandalkan satu mesin dan mengalami turbulensi sehingga berhasil melakukan pendaratan secara selamat.
Sebagai mantan pilot tempur US Navy, Tammie memang terbukti memiliki saraf dan mental baja ketika sedang menghadapi kondisi darurat penerbangan.
Tingkat kesulitan Tammie mungkin sama dengan ketika sedang mendaratkan jet tempur dalam cuaca buruk dan gelombang laut tinggi di kapal induk.
Baca juga:Jika di Suriah Terjadi Perang Rudal Kisah Duel Rudal Dalam Perang Teluk pun Bisa Terulang
Tapi tapi Tammie selalu berhasil melakukannya dengan baik.
Tammie memang telah menjadi pahlawan bagi para penumpang Southwest Airline.
Tapi ibu dua anak yang tubuhnya secara kebetulan berhasil menutup jendela pesawar yang pecah juga telah menjadi pahlawan.
Apalagi, ia telah kehilangan nyawanya.