Ketidakstabilan politik pun berdampak pada kondisi ekonomi yang membuat rakyat merasa kesulitan.
Terjadi kepanikan hebat di tengah masyarakat ketika berbagai harga kebutuhan pokok melambung tinggi.
Tarif angkutan umum pun naik antara 500 sampai 1.000 persen, begitu juga dengan tarif jasa-jasa lainnya.
Ketika kondisi politik dan ekonomi Indonesia dalam kekacauan, pelajar dan mahasiswa Indonesia mempelopori gerakan untuk menyuarakan dan mengawal Tritura. Adapun isi Tritura yaitu sebagai berikut:
1. Bubarkan Partai Komunis Indonesia (PKI)
2. Bersihkan Kabinet Dwikora dari unsur-unsur yang terlibat G30S
3. Turunkan harga
Para mahasiswa bergabung dalam KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) dan para pelajar bergabung dalam KAPI (Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia).
Selain pelajar dan mahasiswa, bergabung pula berbagai unsur masyarakat lainnya.
Seperti Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI), Kesatuan Aksi Buruh Indonesia (KABI), Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia (KASI), Kesatuan Aksi Wanita Indonesia (KAWI), dan Kesatuan Aksi Guru Indonesia (KAGI).
Tritura sendiri dirumuskan oleh para mahasiswa dan disepakati dalam pertemuan KAMI pada 9 Januari 1966.
Para perumus Tritura antara lain wakil KAMI Pusat yaitu, lsmid Hadad (Ikatan Pers Mahasiswa), Saverinus Suwardi (PMKRI) dan Nazaruddin Nasution (HMI).
Disepakati pula bahwa pada 10 Januari 1966 akan diselenggarakan demonstrasi besar-besaran.
Ketika kitu, selain bertempat di halaman Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI), aksi juga dilakukan di berbagai tempat strategis lainnya di Jakarta.
Peristiwa Tritura tahun 1966 menunjukkan bagaimana usaha pelajar dan mahasiswa Indonesia untuk memperbaiki kondisi politik dan memperjuangkan hak rakyat.
Pada akhirnya, Tritura menjadi salah satu peristiwa yang menandai berakhirnya masa pemerintahan Presiden Soekarno atau Orde lama, dan lahirnya Orde Baru.
Baca Juga: Bisa Lenyapkan Musuh Tanpa Bekas, Inilah Agen Spionase Israel Mossad yang Kerap Gegerkan Dunia
(*)
Penulis | : | Khaerunisa |
Editor | : | Khaerunisa |
KOMENTAR