Dalam Ratu Adil Satria Piningit dan Zaman Edan yang terbit di Jurnal Dharmasmrti, disebutkan persoalan ‘kelumpuhan dunia’, meskipun tidak dinyatakan secara spesifik akibat pandemic Corona Virus (Covid-19) seperti saat ini, konon hal tersebut sudah diramalkan dalam Serat Jangka Jayabaya bahwa akan terjadi pada setiap tahun kembar, untuk saat ini ditafsirkan tahun 2020 yang angka-angkanya memang kembar sebagai berikut.
“…..sesuk yen wis ketemu tahun sing kembar bakal ketemu zamane langgar bubar, masjid korat-karit, ka’bah ora kaambah, begajul padha ucul, manungsa seda tanpa diupakara, kawula cilik padha kaluwen, para punggawa Negara makarya nganti lali kulawarga”.
Terjemahannya:
“…..besok bila bertemu tahun kembar maka akan bertemu masanya surau atau musala bubar, masjid tidak terurus, ka’bah tidak dikunjungi, penjahat lepas, manusia meninggal tidak diurus sebagaimana mestinya, akibatnya rakyat kecil kelaparan, walaupun para pejabat bekerja sampai lupa keluarga”.
Cuplikan paragraf di atas merupakan potongan syair dari ramalan Jayabaya tentang prediksi masa depan khususnya di bumi Nusantara dan kebetulan memang terjadi.
Walaupun ramalannya hanya didasarkan atas ketajaman intuisi sebagai seorang raja yang waskitha dan futurolog sakti pada zamannya.
Dari cuplikan tersebut, dikaitkan dengan fakta yang terjadi saat ini ternyata masih sangat relevan.
Tentang substansi serat Jangka Jayabaya memang banyak hal digaungkan mulai dari cerita kehidupan dan petunjuk-petunjuk yang masih relevan dengan kondisi yang bisa terjadi di masa depan.
Jayabaya sendiri diceritakan turun takhta ketika usianya sudah sangat tua.
Ia kemudian moksha (melepaskan diri dari ikatan duniawi) di Desa Menang, Kabupaten Kediri.
Tempat petilasannya tersebut dikeramatkan dan sampai sekarang masih dikunjungi oleh masyarakat.
(*)
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Muflika Nur Fuaddah |
KOMENTAR