Menurut surat kabar Inggris, pesawat C-17 dilarang terbang di atas Jerman, karena Berlin dengan tegas menentang penyediaan senjata mematikan kepada tentara Ukraina.
Kanselir Jerman Olaf Scholz tampaknya tidak ingin memperburuk hubungan dengan Rusia, karena Jerman masih belum dapat mengoperasikan pipa gas Nord Stream 2.
Nord Stream 2 adalah proyek pembangunan pipa gas yang menghubungkan langsung dari Rusia ke Jerman untuk menghemat biaya.
Proyek telah selesai tetapi tidak dapat digunakan karena tekanan dari negara-negara Eropa.
Scholz, yang menggantikan Kanselir Jerman Angela Merkel bulan lalu, mempertahankan sikap yang sama seperti pendahulunya.
Ini adalah untuk membatasi sanksi terhadap Rusia sebanyak mungkin dan tidak memberi Ukraina senjata mematikan.
Pada 17 Januari, Scholz mengatakan Jerman tidak akan menerima pengiriman senjata NATO ke Ukraina.
Bahkan jika senjata itu hanya digunakan untuk tujuan pertahanan.
Rudal portabel manusia NLAW memiliki jangkauan maksimum 1.000 meter, sedangkan AT4, senjata anti-tank yang banyak digunakan dalam aliansi militer NATO, memiliki jangkauan maksimum hanya 500 meter.
Senjata-senjata ini tidak secanggih rudal Javelin Amerika, tetapi murah dan dapat digunakan dalam jumlah besar, secara efektif menghancurkan tank, kendaraan tempur, helikopter, dan bahkan mesin yang terbang di ketinggian rendah.
Ini adalah sejumlah senjata yang ditransfer oleh Inggris ke tentara Ukraina berdasarkan hubungan bilateral antara kedua negara, bukan melalui aliansi NATO.
Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace mengatakan operasi itu terjadi "dalam konteks agresi Rusia yang meningkat".
Pada 18 Januari, Gedung Putih memperingatkan bahwa situasi di Ukraina "sangat berbahaya" dan "Rusia dapat menyerang kapan saja".
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR