Intisari-Online.com -46 tahun yang lalu, tepatnya 18 Januari 1976, terjadi peristiwa mengerikan pembantaian Karantina (La Quarantaine).
Pembantaian Karantina merupakan sebuah peristiwa selama Perang Saudara Lebanon di mana diperkirakan 1.500 orang yang tinggal di daerah yang sebagian besar Muslim Palestina di Beirut timur tewas di tangan milisi Kristen Lebanon sayap kanan.
Pembantaian itu adalah salah satu pembantaian besar pertama dalam Perang Saudara Lebanon.
Pada saat itu, Karantina dihuni oleh orang Kurdi, Armenia, Suriah, dan Palestina, dan berada di bawah kendali Organisasi Pembebasan Palestina (PLO).
Namun, milisi Kristen menyerbu daerah itu – khususnya kaum Falangis, yang juga dikenal sebagai Partai Kataeb.
Pertempuran yang terjadi mengakibatkan sekitar 1.500 orang tewas saat pasukan Kristen Lebanon mengambil alih kendali di sana, melansir The Jerusalem Post, Selasa (18/1/2022).
Pembantaian itu sendiri hanyalah awal dari pertempuran sengit dan pertumpahan darah di wilayah tersebut.
Tak lama setelah pembunuhan, pasukan Kristen Lebanon mengepung kamp pengungsi Tel al-Zaatar, yang berlangsung hingga musim panas dan juga akan mengakibatkan pembantaian.
Insiden tersebut juga secara langsung memicu tanggapan dari PLO berupa pembantaian Damour hanya beberapa hari kemudian pada tanggal 20 Januari.
Pembantaian ini melihat PLO dan pasukan sekutu Lebanon memasuki kota Kristen Maronit, merobohkan warga sipil dengan tembakan senapan mesin, membakar rumah-rumah dan secara paksa memperkosa wanita.
Korban tewas pembantaian Damour diperdebatkan tetapi diperkirakan antara 150 dan 582 warga sipil tewas.
Perang Saudara Lebanon adalah konflik yang brutal dan kompleks secara geopolitik.
Konflik ini berlangsung selama lebih dari 15 tahun di mana hampir 150.000 orang tewas.
Konflik tersebut melibatkan banyak negara seperti Irak, AS, Prancis, Italia dan, yang paling terkenal, Israel, yang menginvasi Lebanon pada 1982.
Peristiwa Perang Saudara Lebanon dan penyebab di baliknya terus mempengaruhi negara secara internal hingga hari ini.