Perintahnya Bisa Berujung Menjadi Pembantaian Massal, Inilah Perintah Mengejutkan Presiden Kazakhstan di Tengah Gelombang Protes di Negaranya, Militer Rusia Pun Sampai Ikut Dikerahkan

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Penulis

Pasukan keamana Kazakhstan diturunkan ke jalan.
Pasukan keamana Kazakhstan diturunkan ke jalan.

Intisari-online.com - Saat ini Kazakhstan sedang dalam masa gejolak akibat gelombang protes dari rakyatnya sendiri.

Hal ini membawa situasi negara tersebut pada kerusuhan, antara rakyat dan pejabat pemerintahnya.

Kondisinya yang terlanjur parah, membuat pemerintah Kazakhstan juga meminta bantuan ke Rusia.

Namun, bukannya mendengarkan protes dari rakyatnya presiden Kazakhstan justru menolak mendengarkannya.

Baca Juga: Rusia Mulai Bertindak, Ukraina Bakal Kena Humuman Berat, Semua Gara-gara 'Jualan' Isu Nazi dan Adolf Hitler, Seisi Eropa Langsung Tegang

Dalam pidato terakhirnya, Presiden KazakhTokayev mengumumkan penolakannya untuk bernegosiasi dengan pengunjuk rasa.

Bahkan mengizinkan pasukan keamanan negara itu untuk "menghancurkan tanpa peringatan".

Dengan tujuan untuk memadamkan kerusuhan terbesar yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam waktu tercepat.

Berbicara di televisi pada 7 Januari, Tokayev mengatakan bahwa Kazakhstan telah jatuh ke dalam krisis serius sejak awal minggu karena protes yang diselenggarakan oleh "pasukan teroris" dari dalam dan luar negeri.

Baca Juga: Pantas Langsung Sumringah Begitu Dimintai Tolong Kirim Pasukan ke Kazakhstan, Ada Udang di Balik Batu Inilah Tujuan Asli Rusia

Baca Juga: Gayanya Selangit Saat Tantang Amerika dan Australia Lewat Perang Dagang, China Ternyata Diam-diam Masih Butuh Sumber Energi Sejuta Umat Ini dari Keduanya, Pantas Sampai Mengemis ke Rusia

Presiden Tokayev menekankan bahwa situasi di Almaty, kota terbesar di Kazakhstan, telah "memulihkan stabilitas" berkat "kesegeraan tindakan darurat".

"Namun, teroris terus merusak negara dan menggunakan senjata terhadap warga Kazakh. Saya memerintahkan pasukan keamanan dan tentara untuk menembak dan menghancurkan mereka tanpa peringatan," kata Tokayev.

"Beberapa teroris bertekad untuk tidak meletakkan senjata mereka. Mereka terus melakukan kejahatan atau mempersiapkannya. Kita harus mengejar perang ini sampai akhir. Mereka yang tidak menyerah akan dihancurkan," Presiden Kazakhstan memperingatkan.

Menurut Tokayev, situasi kacau saat ini di Kazakhstan adalah "produk" dari teroris yang terorganisir dengan baik dan dilengkapi dengan baik.

Orang-orang ini "sangat ahli dalam menyebarkan informasi yang salah" dan "memiliki kemampuan untuk mempengaruhi pikiran banyak orang".

Kazakhstan dalam beberapa hari terakhir menghadapi krisis politik terbesar sejak pemisahannya dari Uni Soviet.

Menurut para ahli, kenaikan harga bahan bakar, standar hidup yang tidak membaik, korupsi dan pengangguran yang terus-menerus tinggi adalah alasan mengapa orang Kazakh turun ke jalan untuk memprotes.

Baca Juga: Detik-Detik 3.000 Tentara Militer di Rusia Mendadak Diturunkan dari Pesawat di Kazakhstan, Intervensi Militer di Negara Ini Disebut-Sebut Sudah Tidak Bisa Dihindari, Ini Awal Masalahnya

Baca Juga: Berebut Pengaruh di Seluruh Dunia, Beginilah Kerusakan yang Timbul Ketika Persaingan Rusia dan Amerika Serikat Menggurita di Negara yang Presidennya Saja Presiden Boneka Uni Soviet

Meskipun ada seruan untuk melakukan pembicaraan, Presiden Tokayev mengatakan dia tidak akan berkompromi dengan "pembunuh".

"Sangat bodoh. Apa yang bisa kita katakan kepada penjahat dan pembunuh. Kami menghadapi perampok bersenjata dan teroris," katanya.

"Kita harus menghancurkan mereka. Ini akan segera diimplementasikan," tambah Tokayev.

Menurut presiden Kazakh, penting dilakukan setelah berakhirnya kerusuhan untuk mencari tahu mengapa pemerintah negara itu "melupakan" ancaman yang ditimbulkan oleh teroris.

Tokayev mengatakan bahwa sistem listrik dan internet di Kazakhstan akan dipulihkan secara bertahap ketika situasi kembali stabil.

Namun, jam malam di Kazakhstan tetap berlaku setidaknya hingga 19 Januari.

Tokayev juga berterima kasih kepada pasukan Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO) pimpinan Rusia yang tiba di negara itu segera untuk membantu mengakhiri kerusuhan.

Artikel Terkait