Intisari-online.com - Chiuna mungkin adalah negara yang memiliki tantangan untuk menyatukan Taiwan secara serius.
Namun, tampaknya China memiliki banyak tantangan lain yang tak kalah seriusnya dengan Taiwan.
China menghadapi tantangan yang semakin serius baik di perbatasan darat maupun lautnya.
Memperkuat kemampuan pertahanan daerah-daerah sensitif secara mendesak adalah apa yang perlu segera dilakukan China.
Menurut Ouyang Wei, mantan profesor di Universitas Pertahanan Nasional China, negara itu menghadapi salah satu masa paling menantang untuk keamanan perbatasan sejak didirikan.
Banyaknya bentrokan dengan India di perbatasan.
Meningkatnya ketidakstabilan politik di Afghanistan, Myanmar.
Terutama kehadiran militer AS yang meningkat di Laut Timur dan Selat Taiwan membuat China khawatir.
"China menghadapi perselisihan, pemisahan diri, dan terorisme pada saat yang sama di banyak wilayah perbatasan," katanya.
"Perang China melawan pemisahan diri dan terorisme akan lebih lama dan lebih intens. Apalagi dengan kerusuhan baru di Selat Taiwan," kata Ouyang.
"Untuk mengatasi tantangan tersebut, China sangat perlu meningkatkan infrastruktur pertahanannya di sepanjang pantainya, termasuk sistem identifikasi pertahanan udara dan peringatan bawah airnya," jelas Profesor Ouyang.
Sejak didirikan, China telah berusaha untuk menyelesaikan sebagian besar sengketa perbatasan.
China telah mencapai kesepakatan perbatasan dengan Tien, Rusia, Mongolia, Kazakhstan, Kirgistan, Tajikistan, Myanmar dan Nepal.
Namun, dengan batas wilayah lebih dari 22.800 km dan berbatasan dengan 14 negara, China merupakan negara dengan sengketa wilayah paling pelik di dunia saat ini.
Mengenai perbatasan darat, perselisihan antara China dan India adalah yang paling luar biasa, menurut Tuan Ouyang.
Dalam 17 bulan terakhir ini, baik China maupun India berlomba-lomba membangun pos militer untuk menguasai lebih banyak wilayah perbatasan.
Dengan semakin dekat dengan AS, New Delhi menunjukkan sikap yang keras dan tanpa kompromi dalam hal menyelesaikan perselisihan dengan China di Garis Kontrol Aktual (LAC).
Risiko konflik militer antara China dan India tidak pernah berhenti mengkhawatirkan sejak bentrokan maut di lembah Galwan antara tentara kedua negara pada Juni 2020.
Di laut, Beijing meningkatkan unjuk kekuatan militer ketika terus-menerus mengirim pesawat tempur dan kapal perang ke dekat Taiwan.
Sebagai imbalannya, China menerima sikap keras dari pemerintah Taiwan ketika pulau itu meningkatkan pengadaan senjata dari Barat dan memproduksi rudal anti-kapal dalam negeri.
Selain Taiwan, sengketa sejumlah pulau dan kepulauan dengan Jepang juga menjadi teka-teki yang hingga kini belum ditemukan penyelesaiannya oleh China.
"Pertumbuhan ketidakstabilan di laut adalah yang paling menyebabkan sakit kepala bagi Beijing. Pertahanan maritim adalah tugas yang sangat kompleks, terutama karena China menjadi semakin bergantung pada perdagangan maritim," kata Ouyang.
Amerika Serikat, yang menganggap China sebagai saingan strategis, sedang meningkatkan strategi "kebebasan navigasi" untuk menahan pengaruh Beijing di Asia-Pasifik.
Kapal perang AS dan sekutu seperti Inggris, Prancis, dan Jerman sering muncul di Laut Timur, membuat ruang lingkup pertahanan maritim China semakin meluas dengan biaya militer yang mahal.
"Tekanan dari laut di China semakin besar dan besar," kata Profesor Ouyang.